Saturday, October 1, 2016

MAKNA LUKISAN KACA CIREBON

Kuswa Budiono
dipublikasikan pada Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.2 No.5 September 2002
Abstrak
Lukisan kaca Cirebon merupakan karya seni rupa tradisional  yang pada awalnya berperan sebagai syiar agama Islam. Dalam perkembangannya berubah menjadi
karya
seni yang berkecenderungan sebagai ungkapan ekspresi diri para penekunnya. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan perubahan sosial dari para senimannya dan juga masyarakat pendukungnya. Fungsi yang berubah berdampak pada pula pada perubahan
makna
yang terkandung dalam lukisan kaca. Tentu saja perubahan
makna ini tidak dapat diberlakukan terhadap seluruh karya
yang berada diCirebon. Perubahan ini hanyalah sebagian saja,selebihnya tetap berjalan seperti konsep-konsep lama. Dengan demikian pengertian perubahan ini dapat dikatakan pula sebagai pengembangan.
Kata Kunci:
pengembangan, makna, lukisan kaca
I. Pendahuluan
Nama Cirebon konon berasal dari ejaan orang Barat yang keliru,kemudian melalui proses bahasa menjadi Cirebon. Abdurachman(1982: 15) menyatakan bahwa telah lahir perdebatan tentang asal-usul nama Cirebon, apakah seharusnya Cirebon atau Caruban, karena pasti istilah Cirebon lahir jauh kemudian,setelah disalah eja orang Barat menjadi Cheribon berabad-abad. Namun perlu diketahui pula bahwa masih banyak masyarakat Cirebon yang menyebutnya Grage,yang dimaksudkan sebagai bahasa halus dari kata Cirebon. Cirebon merupakan bagian dari propinsiJawa Barat, tepatnya berada didaerah pantai utara bagian timur. Merupakan pula daerah lintasan transportasi darat sebelah utara dari pulau Jawa,sehingga kota ini menjadi ramai dan banyak dikunjungi orang.Jalan lintasan ini sekarang dikenal dengan sebutan
pantura(pantai utara). Jauh sebelum transportasi dan komunikasi menjadi maju seperti sekarang ini, maka kota yang berkedudukan di pantai cenderung menjadi lebih terbuka dibanding dengan kota yang berada di pedalaman.Lalu lintas laut menjadi sangat berpotensi bagi pendatang- pendatang dari luar, seperti dariIndia, Cina, dan Arab. Lazimnya pendatang tersebut berkepentingan untuk melakukan perdagangan.

Dewasa ini menurut sensus 1979,yang dinamakan daerah Cirebon adalah wilayah bekas Karesidenan Cirebon yang terdiri dari kabupaten-kabupaten Cirebon, Kuningan, Majalengka,Indramayu, dan Kotamadya Cirebon, dengan luas daerah5.642,569 kilometer persegi, berpenduduk 4.011.873 jiwa(Abdurachman, 1982: 13).Matapencaharian penduduk atau masyarakat ini hampir sama dengan kota-kota pantai pada umumnya di pesisir Jawa yaitu nelayan bagi masyarakat pantai.Lebih ke pedalaman bermata pencaharian sebagai petani dan berdagang, selebihnya bermata pencaharian seperti kehidupan kota pada umumnya.Kota penghasil udang ini merupakan pula kota yang kayaakan kesenian diantaranya adalah: wayang
kulit, wayang cepak,
tariing,
sandiwara,topeng, genjring, sintren (lais),dombret, angklung bungko,terbang, berokan.
Disampingitu kesenian yang bernuansakan seni rupa pun seperti batik  banyak dikenal bahkan beberapa perancang ibu kota memanfaatkan tenaga perlihat dari daerah Trusmi - Cirebon.Selain batik dikenal pula karya tradisional lainnya, yaitu lukisan kaca. Kini lukisan kaca bukan hanya monopoli keraton, namun telah menyebar ke daerah-daerah pinggiran. Keberadaan lukisan kaca ini hampir dapat dipastikan muncul setelah adanya produk kaca di wilayah tersebut. Seni lukis kaca dimulai dari pusat- pusat kekuasaan Islam sepertiYogyakarta, Surakarta, Cirebon,Banten dan sebagainya. Tradisiseni lukis ini kemudian menyebar di masyarkat pedesaan dan didaerah pesisir. Lukisan kaca dengan motif wayang atau motif cerita nabi dan cerita babad yang sudah sering dibuat dilingkungan para bangsawan ditiru pula oleh para petani di desa-desa ( Yudoseputro, 1986 : 159).Selain di Keraton dan Cirebonkota, lukisan kaca dapat diidentifikasi keberadaannya didaerah Gegesik, Trusmi,Kemlaka, Kapetakan.Keberadaan lukisan kaca`dahulu' dengan sekarang telah mengalami perubahan dari konteks awalnya. Perubahan ini tentunya banyak dipengaruhi oleh berbagai penyebabnya.Oleh karenanya perubahan ini perlu dipandang sebagai perubahan kebudayaan yang berdampak pada perubahan kesenian. Dimana kesenian-kesenian ini banyak terpengaruh bentuknya oleh ritual-ritual yang magis. Selaras dengan pendapat Clair Holt ( 2000:XXVIII ) yang menyatakan bahwa Indonesia pada masa lampau, kreativitas artistik telah mengabdi pada fungsi-fungsi ritual magis dan relegius, telah memberi bentuk yang nyata pada mitos-mitos, serta telah meningkatkan kehidupan seremonial yang sekuler pada semua peristiwa penting, baik diistana-istan raja atau pada komunitas-komunitas desa.Tulisan ini mencoba untuk memberikan makna lukisan kacadi Cirebon, khususnya bagi para penekunnya(seniman).Penafsiran simbol-simbol lukisan kaca ini sesungguhnya menunjukkan bagaimana penekun karya yang bersangkutan dapat melihat,merasa, dan berfikir tentang duniamereka sendiri.
II. Pemahaman Tentang Makna.
Bahasa kerap dan selalu digunakan sebagai alat untuk dapat berkomunikasi antara manusia dengan manusia. Ragam wujud bahasa menjadi komplek ketika pemahamannya diperluas lokal yang agak sulit untuk mengembangkan kreativitasnya mengingat kepatuhan terhadap tata cara melukis kaca yang tetap dipatuhi. Sementara itu bagi seniman-seniman tua tetap berkarya lukisan kaca dengan pemahaman yang lama.Perbedaan tata cara melukis kaca ini kerap menjadi perdebatan yang tak kunjung padam.Meskipun demikian masing-masing tema tetap berjalan pada kondisinya. Tema-tema arsitektur mesjid model Arab seperti Ka'bah memang mulai langka. Seniman tampaknya tidak berupaya menghidupkannya lagi.Sumber daya seniman lukisan kaca yang telah berubah ini membawa pula pada perubahan nilai-nilai dan tata cara yang berbeda dari sebelumnya. Nilai-nilai lukisan kaca yang pada awalnya merupakan alat pendukung dalam syiar Islam menjadi berubah dan dipandang sebagai lahan untuk penyampaian ekspresi diri. Tampaknya pengaruh dari model melukis secara umum mulai memasuki tata cara melukis kaca. Dalam keteknisan misalnya telah pula memanfaatkan teknologi
cat spray yaitu cara mewarnai dengan menggunakan alat semprot.Selain hal tersebut pengaruh dari masyarakat konsumen lukisan kaca pun ikut memberikan adil pada gaya-gaya lukisan kaca ini.Dahulu cat dengan menggunakan semprot ini tidak dilakukan oleh seniman tua. Mereka lebih menyukai dengan cara lama yaitu dengan menggunakan kwas secara manual. Dengan demikian pranata yang lama tetap masih digunakan ditambahkan dengan pranata yang baru.,Kedua-duanya dapat berjalan sesuai dengan keteknikan masing -masing terlepas mana yang berkualitas dan mana yang tidak.Perubahan pranata dalam proses produksi lukisan kaca ini dapat dilihat pula kaitannya dengan pengaruh atau perubahan kebutuhan estetika, kebutuhan sosial, maupun kebutuhan primernya. Kebutuhan seniman lukisan kaca yang dahulu merupakan pendukung penyebar agama, kini bergeser pada nilai-nilai kebutuhan yang sifatnya pragmatis. Melukis kaca seyogyanya akan dapat memberikan materi dan imateri Adalah wajar bila seorang seniman mendapatkan penghargaan atas jerih payahnya dalam bentuk pengangkatan nilai ekonomi, sedangkan imateri merupakan penunjuk bahwa seseorang telah mampu menyelesaikan karyanya sebagai seniman.
V. Penutup
Lukisan kaca sebagai karya seni visual memiliki muatan-muatan tanda yang dibuat oleh para senimannya yang berawal dan kebutuhan sebagai syiar agama dan terdapat kecenderungan bergeser menjadi ekspresi individual sebagaimana lazimnya sebuah lukisan. Baik tema keagamaan, wayang, ataupun tema modern dapat berjalan masing-masing sesuai dengan kebutuhan lingkungan dari masyarakat penggunanya. Oleh karena itu tanda-tanda yang terdapat dalam lukisan kaca dapat berkembang selaras dengan berkembangnya fungsi dan perandari lukisan kacanya. Fungsi ini sangat ditentukan oleh interaksi para pendukungnya yaitu antara seniman dan para penggunanya.Pada dasarnya ungkapan tanda pada lukisan kaca Cirebon bila dikaji secara rinci dapat digolongkan menjadi:
1)Ungkapan tanda-tanda yang menerangkan tentang gagasan keseluruhan dan makna gambar, juga sering berkaitan dengan latar  belakang dan ceritera.
2)Ungkapan tanda tersebut dinyatakan melalui unsur kesenirupaan (visual) secara elementer seperti: warna, garis, bentuk, dan komposisinya.

Sumber: http://www.academia.edu/3804714/MAKNA_LUKISAN_KACA_CIREBON

0 comments:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Post a Comment