Tuesday, October 4, 2016

Karya 4 : Sunda Galuh Di Negeri Wilwatikta

Karya ke empat menceritakan ketika Puteri Citraresmi dibawa di atas tandu oleh para prajurit pasukan Bela mati. Ia telah sampai di wilayah negeri Wilwatikta “Majapahit” bersama ayahanda, ibunda, dan para dayang-dayangnya untuk mempersiapkan acara pernikahannya Sang Puteri dengan Prabu Hayam Wuruk di kedaton Majapahit. Kedatangannya hanya sebagai acara pernikahan, sehingga tidak terlalu membawa banyak pasukan, namun pasukan yang dibawa adalah pasukan Bela mati yang dipimpin oleh Patih Anepaken, untuk menjaga dan mensiasati bila terjadi sesuatu di luar perkiraan.
Keberangkatannya menuju Majapahit, Maharaja Prabu Linggabuana beserta Sang Puteri dan pengiringnya, semua mengenakan pakaian serba putih, sebagai tujuan untuk melaksanakan acara adat pernikahan. Sesampainya di wilayah Majapahit, tepatnya di daerah Bubat, terlihat gapura batu bata merah yang ada pada setiap perbatasan, sebagai ciri gapura Majapahit. Hutan di sekelilingnya masih begitu alami, dengan aliran sungai yang mengalir menuju lautan pesisir utara. Nampaknya langit sudah mau menjelang sore untuk berganti malam, sehingga perjalanan pun harus diistirahatkan, untuk menyiapkan tenda, karena akan bermalam di daerah Bubat, sambil menunggu kabar dari pihak Majapahit.
Maharaja Prabu Linggabuana justru merasa heran, sesampainya rombongan mempelai wanita sudah tiba di Bubat, Majapahit, namun tak ada sambutan satupun dari pihak Prabu Hayam Wuruk. Akhirnya diutuslah Patih Anepaken untuk datang ke kedaton Majapahit, untuk menyampaikan kabar bahwa Sang Puteri telah tiba di Bubat, Majapahit. Karya ke empat ini hanya bercerita ketika Sang Puteri dengan pasukan Bela mati, beserta rombongan Maharaja Prabu telah sampai di Majapahit, negeri Wilwatikta, tepatnya di daerah Bubat.
Penulis : Endang Adi Sutomo

Sumber: http://tomoglasspainting.blogspot.co.id/2015/06/karya-4-sunda-galuh-di-negeri-wilwatikta.html?m=1

0 comments:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Post a Comment