Tuesday, October 4, 2016

Kolektor Seni Buru Lukisan Kaca Cirebonan

CIREBON (bisnis-jabar.com) -- Aneka lukisan kaca dengan motif Cirebonan semakin diburu para pecinta seni.

Para seniman di Kota Cirebon biasanya memadukan motif mega mendung dan motif wadasan, filosofinya adalah mega mendung berarti langit dan motif wadasan (batu) berarti bumi (langit dan bumi).

Pemilik Galeri Wali Songo di Jalan Sukalila Kota Cirebon, Miftahkhurohman mengatakan biasanya motif Cirebonan (mega mendung dan wadasan) menjadi bingkai lukisan, sedangkan untuk obyek utamanya kebanyakan bertema kebudayaan dan nilai agama.

"Adapun untuk jenis lukisan kaca yang paling banyak dicari adalah tema budaya seperti lukisan wayang, Semar, Arjuna dan kereta singa barong, dan macan ali atau lambang bendera Cirebon dahulu kala," katanya kepada bisnis-jabar.com, Sabtu (29/9).

Miftah mengungkapkan untuk karya lukisan kaca motif Cirebon yang dibuatnya, ditawarkan sekitar Rp400.000-Rp600.000 untuk ukuran 20R dengan kaca dan bingkai biasa.

"Adapun lukisan yang dilapis menggunakan viber harganya lebih tinggi dari yang biasa," tuturnya.(k3/yri)

Sumber:  http://bandung.bisnis.com/m/read/20120929/6/245827/kolektor-seni-buru-lukisan-kaca-cirebonan

Ketut Santosa di Yogya & Lukis Kaca Nagasepaha Singaraja Bali

Ketut Santosa merupakan keturunan langsung Jero Dalang Diah yuang telah meletakkan dasar pertama lukis kaca gaya tradisional di Nagasepaha. Demikian juga dengan Ketut Sentosa sejak tahun 2009 mulai meletakkan dasar seni lukis kaca kritik sosial walaupun tidak meninggalkan seni lukis wayang tradisonal yang sebagai pijakan awalnya.

Pada awalnya motif yang dikembangkan (1927) adalah berciri klasik. Akan tetapi generasi berikutnya yaitu sejak tahun 2000 mulai dikembangkan dengan tema sosial, budaya, politik, kartun. Pengembangan tema lukisan tersebut didasarkan atas riset dari Undiksa yang berusaha menciptakan ketertarikan yang lebih umum (global). Meskipun demikian motif klasik tetap dipertahankan.

Studio milik I Ketut Santosa ini sudah beberapa kali menjadi ajang PKL, salah satunya dari siswa UNIKSA Jurusan Seni Rupa di Singaraja dan juga ISI Denpasar. Untuk mempertahankan seni lukis kaca ini, I Ketut Santosa telah mengkader salah satu putranya yang bernama Made Wijana.

Selain itu I Ketut Santosa juga diminta untuk mengajar di sekolah. Terdapat 2 sekolah yang meminta dirinya untuk memberikan pelajaran ekstra kurikuler. Kedua sekolah tersebut adalah SDN I Nagasepaha dan SMP III Sukasada.

Selain kedua sekolah tersebut sebetulnya masih ada beberapa sekolah yang meminta dirinya untuk mengajar. Akan tetapi karena terbatasnya waktu maka baru 2 sekolah saja yang dapat tertangani.

Dalam sebuah kesempatan yang baik, Ketut Santosa pada saat menggelar pameran di Galeri ISI Yogyakarta NOvember 2012 yang lalu menyempatkan untuk menginap semalam di studio Lukis Kaca. Ia melakukan kerja praktik melukis kaca dan berhasil membuat dua buah karya.

Satu karya berupa lukis kaca yang dikerjkan secara pribadi yang bertajuk Yuk Kuliah!!! (21x29cm, 2012) dan satu lagi kerja kolaborasi bersama pelukis kaca Rina Kurniyati dengan judul Membeli Mobil 1 Milyar dengan Lukisan. Kesempatan ini sempat diabadikan dan kini bisa disajikan pada situs ini sebagai ilustrasi.

Selama dua hari di Studio Lukis Kaca Yogyakarta, ia banyak memberi informasi perihal jerih payahnya selama ini ketika mengelola sejumlah kerja melukis kaca. Ia yang juga sebagai penjaga sekolah dasar tersebut juga sempat pula membantu bersih-bersih studio. dari kerja praktiknya di Yogya ini, Ketut Santosa terlihat sangat terampil membuat karya.

Terbukti dua buah karya yang dikerjakan ini dimulai pada sore hingga menjelang siang. Tentu saja sempat berhenti untuk istirahat malam. siang hari berlanjut dengan praktik mengecat desain yang telah dilukiskan pada kaca.

Tampak sekali ia senang dengan kerja kali ini di Yogya. Kami sampai pula melakukan kunjungan wisata ek kota Yogyakarta sambil menonton pameran tunggal Pelukis almarhum Tino Sidin di Gedung Bank Indonesia Yogya.

Dalam kesempatan ini Ketut Santosa mendapat kenang-kenangan berupa alat kerja melukis kaca. Dua lukisannya kini terpampang di studio lukis kaca. Semoga kerja Ketut Santosa makin bagus dan memberi inspirasi bagi orang lain.

Sumber: http://mikkesusanto.jogjanews.com/ketut-santosa-di-yogya-lukis-kaca-nagasepaha-singaraja-bali.html

Cara buat kaligrapi kaca.atw lukis di kaca

Pembuatan gelas kaca lukisan atau glass painting
Pembuatan gelas kaca lukisan atau glass painting
Pembuatan gelas kaca lukisan atau glass painting–Akhir-akhir ini kita sering mendengar tentang hand painting, dan memang untuk saat-saat sekarang boleh dibilang sedang Trend. Yang dimaksud dengan hand painting adalah suatu proses memberi hiasan/aksen berupa lukisan pada benda apa saja yang dikerjakan sebagai kerajinan tangan. Adapun benda yang dilukis bisa meliputi : Kaca, keramik, kayu, kain, telur, plastic, dll. Kali ini kita akan membahas hand painting yang diterapkan pada media dari bahan kaca/gelas atau kita sering menyebutnya dengan Glass Painting.
Pembuatan gelas kaca lukisan atau glass painting
*.Pemilihan Material untuk Glass Painting
Kita dapat menggunakan benda benda yang terbuat dari kaca disekitar rumah kita misalnya: Gelas, piring, stoples, botol bumbu, botol minuman, tempat selai, dll. Pilihlah yang bentuknya menarik & artistic. Pilihlah Benda yang masih bagus, benda atau gelas yang sudah banyak goresannya atau buram sebaiknya jangan dipakai, karena akan mengurangi keindahan.
*.Teknik Membersihkan media berbahan Kaca
Gelas atau benda berbahan kaca yang akan kita lukis, kita bersihkan dulu dengan Teepol atau bisa juga menggunakan sabun cuci piring, untuk membersihkan kotoran, terutama lemak/ minyak. Setelah dicuci, dikeringkan. Sebelum Gelas di lukis, sebaiknya di lap dengan kain bersih/tissue dengan menggunakan methanol. Teknik membersihkan yang benar akan menghasilkan hasil lukisan yang bagus & bisa menempel lebih kuat.
*.Pembuatan Pola Lukisan
Untuk membuat pola lukisan, motif yang akan dilukis bisa bermacam macam, tergantung selera. Umumnya motif yang cukup mudah & sederhana untuk pemula bisa berupa aneka bunga, kupu-kupu, capung, nuansa laut, kartun, ataupun gambar aneka binatang. Peserta bisa langsung melukis kerangka gambar dengan menggunakan outliner. Untuk pemula bisa juga membuat/meniru pola pada kertas, lalu meletakkan kertas yang sudah bergambar pada sisi dalam gelas, selanjutnya kerangka gambar digelas bisa dibuat dengan spidol.
*.Pemilihan Cat
Ada 2 jenis cat yang bisa dipakai untuk Glass Painting:
*.1. Cat Opaque Coates
Jenis Cat untuk Glass Painting yang Opaque/tidak transparant. Cat ini harganya cukup ekonomis, sehingga cocok untuk pemula yang baru berlatih Glass Painting. Sebelum diaplikasikan, Cat di encerkan dulu dengan Thinner & ditambah Glass Fixed Catalist (-+ 5%).
*.2.Cat Transparent Vetro
Jenis Cat untuk Glass Painting yang Transparant & Exclusive, sangat indah hasilnya karena menghasilkan warna warna yang cerah & transparant. Harganya cukup Mahal. Untuk Aplikasinya bisa langsung dikuaskan pada media kaca yang sudah dibersihkan. Apabila Terlalu kental/sudah mengental bisa di cairkan dengan Thinner. Cat ini digunakan apabila peserta sudah mengerti teknik Glass Painting/ Sudah berlatih dengan menggunakan Cat Opaque Coates.
*.Proses Pengecatan
Media Kaca yang sudah digambar dengan menggunakan out liner, bisa di cat dengan Cat Opaque Coates, atau Cat Transparent Vetro. Untuk hasil pengecatan yang baik, bisa menggunakan kuas nylon. Cat yang disapukan jangan terlalu tebal, agar hasilnya rata. Setelah di cat, usahakan tidak tersentuh tangan sebelum catnya kering. Warna warna cat bisa warna tunggal, ataupun dicampur, dengan pedoman pencampuran warna sebagai berikut:
*.Kuning + Merah = Orange
*.Kuning + Biru = Hijau
*.Merah + Biru = Ungu
*.Kuning + Merah + Hitam = Coklat
*.Merah + Hitam = Merah Maroon
*.Merah + Putih = Merah muda
*.Ungu + Putih = Violet
*.Hijau + Coklat = Hijau lumut
*.Proses akhirpembuatan gelas kaca lukisan atau glass painting
Setelah proses pengecatan selesai, agar cat bisa lebih fix menempel digelas, bisa di oven dengan panas 120C-160C selama 15-40 menit.
Artikel yang terkait dengan pembuatan gelas kaca lukisan atau glass painting, gelas kaca, artikel cara pembuatan gelas kaca, cara membuat lukisan gelas, gelas lukis, kerajinan gelas kaca.

Sumber: http://putihbijak.blogspot.co.id/2014/05/cara-buat-kaligrapi-kacaatw-lukis-di.html?m=1

Kusdono, Mencoba Bertahan di Balik Bayang-bayang Sang Maestro

Fajarnews.com, CIREBON- Bagi sebagian orang, menjadi seniman adalah pilihan. Bagi sebagian lain, menjadi seniman adalah anugerah dari Sang Pencipta, karena tidak semua orang mampu menjadi seniman.

Lain lagi bagi Kusdono, anak keempat dari pelukis kaca Cirebon terkenal, Rastika, yang meninggal setahun silam. Bagi Kusdono, menjadi seorang seniman, pelukis kaca cirebonan adalah sebuah perjuangan.

Bagaimana tidak? Dengan modal keahliannya melukis kaca dari ayahnya itu, pelukis kaca asal Desa Gegesik Lor, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon itu masih tetap dihadapkan pada kesulitan hidup.

Keadaan ekonomi yang sulit di tengah semakin banyaknya pelukis-pelukis kaca di Cirebon membuat kehidupannya penuh perjuangan. Berjuang untuk bisa tetap survive dengan kehidupan seninya.

Dalam keadaan seperti itulah, Kusdono, yang merupakan satu-satunya penerus dari Sang Maestro Lukis Kaca Cirebon, Rastika, berencana akan melelangkan karya lukisan kacanya kepada siapa pun.

Walau berat, sebanyak 20 lukisan kaca dengan motif wayangan klasik, dengan berbagai ukuran (30 X 40 cm dan 122 X 80 cm) akan dilelangnya.

“Ya, saya akan melelangkan semua karya lukisan kaca yang ada sebanyak 20 lukisan kaca. Saya persilakan kepada para kolektor atau masyarakat umum yang ingin memilikinya, karena saat ini kondisi kami sangat membutuhkan biaya untuk hidup,” katanya, Kamis (26/3).

Saat Rastika masih hidup, Kusdono-lah yang biasanya dibawa turut serta ke pameran-pameran lukis kaca di berbagai daerah.

Saat ayahnya masih hidup, Kusdono menuturkan, pameran demi pameran dia ikuti bersama ayahnya.

Pameran seperti tak ada henti-hentinya, seringkali dia ikut ayahnya memamerkan hasil karyanya di Ibu Kota Jakarta.

“Sejak Ayah (Rastika, red.) meninggal setahun silam, pesanan lukisan kaca menurun. Pesanan sudah tidak seramai dulu lagi sewaktu Ayah masih hidup,” katanya, dengan mata membayang.

Sisa-sisa kejayaan Rastika masih menempel di wajah Kusdono, hidup bersama harapan akan masa lalu yang penuh kemilau: pesanan membanjir, pameran di mana-mana.

Tapi hari ini dan hari esok sudah dan akan berbeda.

Meskipun keadaan fisiknya berbeda dengan orang normal, Kusdono tak pernah sungkan untuk belajar lukis kaca hingga ikut dalam pameran.

Kegigihan Kusdono itulah yang membuatnya menjadi satu-satunya anak penerus Rastika.

“Meskipun fisik saya berbeda dengan orang normal, namun tidak pernah berhentinya menemani Ayah, sehingga cara-cara melukis di kaca pun hanya saya yang meneruskan. Karena dari kelima bersaudara hanya saya yang mampu meneruskan cita-cita ayah,” terangnya.

Namun Kusdono saat ini sudah pada titik, di mana dia harus menanggung kehidupan rumah tangganya.

Dengan kondisi fisik yang terbatas itulah, Kusdono pun hanya bisa mengandalkan keahliannya dalam melukis kaca yang diturunkan dari ayahnya.

“Karena saat ini sudah banyak bermunculan pelukis kaca lainnya dan karena kondisi fisik saya yang beda dengan orang normal sehingga saya tidak bisa berbuat banyak,” ungkapnya.

Dengan kondisi demikian, sebagai seniman yang mempunyai keahlian dari ayahnya, Kusdono dihadapkan pada cobaan untuk teguh menjaga seninya.

Posisinya memaksa dia, mau tidak mau, menghadapi ombak tantangan untuk melestarikan tradisi leluhur Cirebon yang diamanatkan melalui ayahnya, Sang Maestro itu. (ADH)

Sumber: http://lifestyle.fajarnews.com/read/2015/03/28/2144/kusdono.mencoba.bertahan.di.balik.bayang-bayang.sang.maestro

Langkah – langkah Membuat Glasspainting

Langkah Membuat Glasspaiting
Lukisan kaca yang sering dikenal sebagai nama paiting, menyiratkan lukisan yang sebenarnya. Dilakukan untuk membuat gambar di sebuah kaca yang akan menghasilkan gambar unik bercampur warna yang menarik. Membuat lukisan kaca sering di sebut juga dengan GLASSPAITING karena melukis di sebuah kaca yang masih bersih dan kosong belum di warnai ataupun di gambar, bisa di lakukan di gelas, toples, kaca jendela, kaca pintu, dll.

Membuat glasspainting membangun koleksi gambar yang bervariasi agar keinginan pembeli bisa terkesan bagus dan akhirnya tidak ragu untuk membelinya. Untuk membuatnya Anda harus memutuskan warna apa saja yang akan digunakan untuk membuat lukisan di kaca tersebut. Jika anda seorang pembelajar pertama kali membuat, yang perlu anda pilih adalah pewarna berbasis air karena lebih mudah untuk menagani dibandingkan dengan cat berbasis minyak.

Saya akan memberikan Dasar Langkah-langkah untuk Membuat Lukisan Kaca / Glasspaiting yaitu sebagai berikut :

1. Setelah mendapatkan potongan kaca atau benda yang lain yang masih berbentuk kaca (bisa pakai gelas dan toples) dan juga siapkan cat lukisan, lakukan untuk membersihkan kaca sehingga untuk mendapatkan permukaan yang halus.

2. Jika pemikiran membuat glasspaiting anda telah selesai dan anda pikir tidak memerlukan pemanasan oven, yang perlu anda butuhkan adalah permukaan kaca agak kasar, dan lebih baik pakai cat minyak untuk menghindari cat mengelupas atau nglotok. Hal ini dapat diatasi dengan amplas karena akan membantu cat lebih baik dan lebih lama..

3. Pilih pola yang telah menguraikan jelas dengan kurva minimum yang mungkin dan sudut runcing.

4. Gambar pola pada selembar kertas yang persis ukuran potongan kaca. Pola ini harus digambar persis di pusat agar hasil sesuai yang diharapkan.

5. Jauhkan kaca pada potongan kertas bermotif menyelaraskan dengan sempurna.

6. Buatlah garis besar pola pada kaca dengan bantuan pulpen kaca. Menggunakan liner kaca hitam untuk kejelasan maksimum.

Sumber: http://www.mataharicourse.com/tag/teknik-lukis-kaca

Melukis Kaca, Meraup Laba

Anda punya botol atau gelas yang sudah tak layak pakai? Jangan dibuang dulu, karena melukis kaca kini bisa menjadi bisnis.

Lihatlah apa yang dilakukan oleh Laksmiwati Etty dari Sidoarjo Jawa Timur ini. Pemilik Alia Craft Glass Painting ini memang hobi membuat souvenir buatan tangan dari bahan baku kaca. Benda-benda tersebut diberi motif gambar yang menarik, setelah itu dipoles dengan aneka warna yang menyolok, seperti hijau, kuning. merah, dan warna terang lainnya. Cling! Benda yang tadinya hanya berupa kaca polos sudah berubah menjadi pajangan yang bisa mempercantik rumah.

Laksmiwati menuturkan sebelum menggeluti kerajinan lukis kaca, dirinya sebetulnya sudah lebih dulu dipercaya oleh salah satu penerbit untuk menulis buku mengenai keterampilan glass painting. Ibu dua anak ini sebetulnya heran, karena dirinya kala itu belum terjun menjadi perajin glass painting.

Tak dinyana, buku perdananya yang terbit pada tahun 2009 itu mendapat sambutan positif dari pembeli. Penerbit pun kembali mempercayakan kepada Laksmiwati untuk menulis buku-buku keterampilan lainnya seperti kreasi Bunga dari Biji, Modern Patchwork, Kriya Kertas Semen, Art Painting, dan Gift Box.

Wanita kelahiran 23 Pebruari 1957 ini menuturkan sejak lama dia hobi membuat kreasi produk buatan tangan. Namun setelah bukunya mengenai glass painting mendapat sambutan positif dari pasar, tepatnya sejak 2009 silam dia memutuskan untuk fokus membuat kerajinan lukis kaca tersebut.

Beragam benda kaca dihiasanya, seperti gelas, guci, vas bunga, botol, mangkuk, stoples dan benda kaca lainnya. Untuk memproduksi kerajinan tersebut, dia berbagi tugas dengan suaminya Indra Puspita, yang melukis kaca tersebut. Sedangkan wanita yang sering didapuk di berbagai pelatihan keterampilan itu mendapat bagian memoles cat warna.

Keputusan Laksmiwati untuk menekuni kerajinan yang satu ini tak salah. Produknya bukan saja bisa diterima pasar, tetapi juga membuahkan penghargaan. Setidaknya produk glass paintingnya pernah meraih Juara III Kategori Kepedulian Lingkungan UKM Award yang diselenggarakan oleh Semen Gresik pada 2011 silam.

Wanita yang pernah mengenyam pendidikan di Farmasi ini memberikan salah satu alasan juri mengapa produk kerajinannya bisa meraih juara. Yang pasti, karena memanfaatkan limbah dari benda-benda berbahan kaca.

“Sekadar tahu, untuk membuat barang kerajinan ini saya memang memanfaatkan barang-barang bekas. Kadang saya diberi teman, tapi tak jarang saya sampai mencari ke pemulung,” ungkapnya.

Langkah pertama dalam membuat glass painting, adalah memastikan media yang digunakan benar-benar sudah dicuci bersih.

Setelah itu, baru dibuat pola yang diinginkan di atas kertas. Pola kemudian dijiplak ke atas kaca dengan memakai outliner berbentuk tube. “Proses ini disebut relief,” jelas Etty. Setelah dibuat relief, cat dibiarkan mongering sekitar 1–2 jam, lalu lanjutkan dengan pengecatan.

Cat yang digunakan adalah cat khusus untuk kaca yang berwarna namun tetap transparan. Itulah yang membuat kaca berwarna-warni menjadi hijau, kuning, biru, dan sebagainya, tetapi tetap tembus pandang.

Tahap berikutnya, pemberian cat berwarna pekat (opaque) di beberapa bagian yang diingin kan, lalu biarkan mengering selama 1–2 hari. Setelah cat benar-benar kering, langkah terakhir adalah finishing dengan relief ulang di pinggiran pola dan pembubuhan kristal atau manik-manik sesuai dengan selera.

kerajinan kaca patri
Aneka produk Alia Craft Glass Painting, Sidoarjo, Jawa Timur. Foto: Hardinah Sistriani
Omzet Puluhan Juta
Untuk gelas pajangan, Laksmi bisa menghasilkan 50 gelas per hari. Sedangkan untuk media di vas bunga atau guci besar dia hanya bisa memproduksi satu produk per hari.

Harganya bervariasi tergantung ukuran dan tingkat kesulitan. Untuk suvenir pernikahan, gelas-gelas pajangan dihargai Rp 25.000 per buah. Sedangkan media lain seperti lampu, guci, vas bunga, kisaran harganya Rp 100.000-Rp 1 juta per buah. “Omzet yang saya dapat sekitar Rp 20 juta per bulan,” kata Laksmiwati.

Menekuni kerajinan glass painting ini Laksmiwati memang dihadapkan pada pilihan. Kalau mau mengerjakan produk yang sifatnya massal seperti melayani pesanan suvenir, dia memang bisa meraup untung banyak, namun sebagai dampaknya dia tidak punya nama. Di sisi lain, bila mengerjakan produk-produk yang eksklusif, namanya sebagai perajin glass painting mulai dikenal melalui karakter produknya. Dalam hal ini, Laksmiwati tampaknya ambil jalan tengah, melayani souvenir namun dalam jumlah terbatas, sekaligus memproduksi karya-karya yang tidak massal.

Untuk berpromosi, dia aktif ikut pameran yang biasa diadakan Kementerian Koperasi dan UMKM atau Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.Sayangnya, pasar glass painting ini tak seluas barang kerajinan lain. Menurut Laksmiwati, selama dia menggelar berbagai pameran di kota-kota besar di Indonesia, baru Jakarta lah produk glass paintingnya mendapat respon yang lumayan dari pengunjung. “Makanya saya paling senang kalau pameran di Jakarta,” ujarnya.

Di Surabaya, benda-benda kaca yang sudah mendapat sentuhan seni dari tangannya sulit dijual dengan harga mahal. “Di Jakarta, produk- produk saya yang mahal justru lebih cepat laku,” ungkap wanita yang mengaku memodali bisnis ini tidak sampai Rp 500 ribu.

Ditanya mengenai keunggulan produk glass painting miliknya dibanding produk sejenis milik perajin lain, Laksmiwati mengatakan selain selalu mengikuti motif yang tengah tren, produk dia mempunyai ciri khas yaitu dominan menggunakan warna-warna terang.

“Misalnya ketika batik tengah tren, saya juga membuat motif-motif batik dalam glass painting saya. Tahun depan sepertinya akan membuat motif-motif tenun,” ujarnya memberi bocoran karyanya.

Sumber: http://mysharing.co/melukis-kaca-meraup-laba/

Lukisan Kaca Awalnya sebagai Media Dakwah

Konon ketika jamannya para Wali dalam penyebaran Agama Islam di tanah Jawa termasuk Cirebon, salah satu media yang populer saat itu dalam penyampaian dakwah diantaranya Lukisan Kaca berisi Kaligrafi Islam.
Para seniman tempo dulu membuat Lukisan Kaca selalu menampilkan kutipan ayat-ayat AlQur'an berupa kaligrafi yang sangat indah dipandang dan sarat makna. Media yang sangat tepat untuk memberikan pencerahan kepada para santri dan masyarakat yang menganut Agama Islam.
Kita ambil contoh saja, sebuah karya Lukisan Kaca "Macan Ali", secara bentuknya Macan Ali berujud seekor Macan (Maung=kata orang Sunda), tetapi bentuk itu diruntut dari kalimah Syahadat yang dibuat berdasarkan kaligrafi Islam. Mengandung makna sangat dalam, yang berarti sebuah ikrar, Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Aku bersaksi Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Kemudian mengapa bentuknya seperti Macan ? dan mengapa disebut Macan Ali ? menurut informasi yang didapat dari para seniman senior, bentuk Macan melambangkan bahwa Syeh Sunan Gunung Jati (Syekh Syarif Hidayatullah alias Syekh Sunan Gunung Jati) dan Mbah Kuwu Cerbon (Raden Kian Santang/Raden Walangsungsang) adalah keturunan Prabu Siliwangi (Raja Pajajaran yang dipercaya berubah ujud menjadi Macan/Maung Siliwangi karena menolak masuk Islam). Menurut keterangan sejarah Syekh Syarif Hidayatullah adalah putra Nyi Mas Rarasantang adik kandung Raden Kian Santang alias Raden Walangsungsang alias Mbah Kuwu Cerbon yang mendirikan Cirebon. Kemudian istilah Macan Ali menurut informasi dan cerita tempo dulu, bahwa baik Mbah Kuwu Cerbon maupun Syekh Syarif Hidayatullah merupakan salah satu murid dari Sayidina Ali (salah satu Sahabat dan menantu Kanjeng Nabi Muhammad SAW). Karena rasa kecintaannya kepada Sayidina Ali yang dikenal sebagai Macan Prajurit Islam dalam sejarah peperangan dengan Jahiliyah dinegeri Arab, serta keterkaitanya dengan keturunan Prabu Siliwangi, maka istilah Macan Ali menjadi nama yang dikenal pada saat itu bahkan menurut informasi lainnya Macan Ali menjadi lambang resmi bendera Keraton Kasepuhan Cirebon.
Demikian runtut raut salah satu desain Lukisan Kaca"Macan Ali" yang masih dikenal hingga saat ini dan banyak dilukis ulang oleh para pelukis kaca di Cirebon. Bahkan desain tersebut merupakan desain lukisan kaca yang sangat laku dipasaran. Tentu sampai saat ini objek Macan Ali semakin beragam olah ragamhiasnya tanpa merubah desain aslinya dari objek Macan Ali. Hiasan-hiasan berupa motif Mega Mendung dan Wadasan akan sangat mempercantik Lukisan Kaca Macan Ali serta beragam pula harga yang ditawarkan sesuai nama tenar Pelukisnya dan ukuran kaca yang jadi medianya serta kualitas desain ragam hiasnya.

Halimi,SE,MM.

Sumber: http://grageetnik.blogspot.co.id/2010/02/lukisan-kaca-awalnya-sebagai-media.html?m=1

Lukisan Kaca Rumahan Bertabur Permata

Liputan6.com, Surabaya: Bila bisa menghasilkan uang dari rumah, kenapa repot mencari kerja di luar? Bisa jadi demikian prinsip Pamela Katharina. Warga Surabaya, Jawa Timur, ini membuka bisnis lukisan di atas kaca (glass painting), karena ingin menghasilkan uang tanpa harus keluar rumah.

Pembuatan glass painting bermula dengan mengumpulkan beberapa material kaca seperti toples, gelas, tempat lilin, dan lain sebagainya. Dengan berbagai bahan tersebut, Pamela kemudian membuat sejumlah ukiran dengan beragam motif unik. Mulai dari yang sederhana seperti kotak-kotak hingga yang lebih kompleks. Untuk melukis, Pamela hanya menggunakan cat impor. "Agar hasilnya baik, tidak mudah mengelupas, dan warnanya yang lebih bagus," ujar Pamela pada reporter SCTV, Julianus Kriswantoro di Surabaya, baru baru ini.

Pamela bukan satu-satunya perajin lukisan kaca di Indonesia. Di berbagai daerah, banyak terdapat seniman yang menggeluti bidang yang serupa. Namun demikian, Pamela mengaku tak gentar menghadapi persaingan. Ia mengaku memiliki ciri khas dari perajin lainnya. Motif unik, ukiran dan gambar khas, serta penambahan aksesoris permata adalah kekuatan dari glass painting Pamela.

Sumber: http://m.liputan6.com/news/read/239216/lukisan-kaca-rumahan-bertabur-permata

Lukisan Kaca karya Kota Udang

Cinderamata Khas Cirebon ( tempat kelahiran belchunk )

SELAIN sintren, tarling, dan batik, tampaknya lukisan kaca adalah salah satu kesenian tradisional Cirebon yang mampu bertahan hingga saat ini, meskipun harus diakui pula para seniman lukisan kaca Cirebon sama saja dengan seniman Cirebon lainnya, megap-megap dan memprihatinkan.

Salah satunya Dian Mulyadi MW, seorang seniman muda yang tergugah hatinya untuk melestarikan kesenian lukis kaca Cirebon. Pada tahun 1997 ia mendirikan Sanggar Alam Sunyaragi sebagai ajang pelestarian seni dan budaya Cirebon khususnya seni lukis kaca.

Dian mengatakan, tema dan gaya lukisan kaca Cirebon dipengaruhi budaya China, Islam dan cerita wayang. Seni tradisi melukis dengan media kaca sebenarnya sudah berkembang beberapa abad yang lalu, dan mengalami perkembangan pasang surut, di mana kemudian para senimannya menemukan beberapa gaya gambar kaca yang khas. Konon lukisan kaca ini berasal dari China yang dibawa oleh para pedagang ke wilayah Cirebon, namun secara pasti tidak ada yang mengetahui sejarahnya.

Pengaruh China sangat kuat lantaran sejak abad ke-16 Kota Udang ini telah disinggahi para pedagang dari China yang tanpa sengaja telah memperkenalkan ragam seni kepada penduduk pribumi, sehingga timbul gagasan di kalangan perupa tradisional untuk membuat gambar di atas kaca dan menirunya.

Konon sejak abad ke 17 Masehi, Lukisan Kaca telah dikenal di Cirebon, bersamaan dengan berkembanganya Agama Islam di Pulau Jawa. Pada masa pemerintahan Panembahan Ratu di Cirebon, Lukisan Kaca sangat terkenal sebagai media dakwah Islam yang berupa Lukisan Kaca Kaligrafi dan berupa Lukisan Kaca Wayang.

Pengaruh Islam yang disebarkan oleh para wali juga menjadi ciri khas dari lukisan kaca Cirebon. "Bahkan setelah pengaruh China, gambar-gambar yang dihasilkan seniman tradisional selalu berhubungan dengan Islam seperti gambar kabah, masjid dan kaligrafi berisi ayat-ayat Alquran atau Hadis," ujarnya.

Adapun pengaruh cerita wayang berasal dari pertunjukan wayang yang diperagakan para wali untuk menyebarkan agama Islam. Kuatnya kepercayaan tokoh wayang yang baik, membuat para pengrajin lukisan kaca selalu menampilkan tokoh seperti Kresna, Arjuna, Rama, Lesmana, dan lain-lain.

Menurut Dian, seni lukis kaca ini mengalami pasang surut. Abad ke-19 sampai awal abad ke-20 atau hingga tahun 1950-an merupakan masa kejayaan lukisan kaca. Hal ini dibuktikan pada masa itu hampir semua rumah di Cirebon terdapat lukisan kaca. Lukisan kaca itu bukan sekedar hiasan, diyakini sebagai penolak bala.

Pada tahun 1960-an nasib para seniman lukis kaca pun mulai merana. Namun awal 1980-an, kembali lukisan kaca menggeliat dan mengalami perkembangan yang bagus. " Sejak itu, sejumlah seniman kaca mulai menyadari bahwa seni tradisional ini perlu dikembangkan dan dilestarikan," ungkapnya.

Dian juga mengatakan, dengan mengamati seni lukis kaca Cirebon, kita bisa melihat keindahan yang dahsyat, apalagi jika ditanyakan kesulitan-kesulitan cara membuatnya. Tentu dibutuhkan latihan yang serius dan telaten agar menghasilkan gambar yang rapi, indah, dan bermakna.

Sejalan dengan perkembangan waktu, maka perkembangan Lukisan Kaca masih terasa eksistensinya sebagai Cinderamata Spesifik Khas Cirebon. Mengapa Lukisan Kaca disebut sebagai produk spesifik ? hal itu dikarenakan Lukisan Kaca Cirebon dilukis dengan teknik melukis terbalik, kaya akan gradasi warna dan harmonisasi nuansa dekoratif serta menampilkan ornamen atau ragam hias Motif Mega Mendung dan Wadasan yang kita kenal sebagai Motif Batik Cirebon.

Hingga saat ini, Sanggar Alam Sunyaragi yang beralamat di Jalan Karang Jalak No.19 ini, mampu menghasilkan antara 40 sampai 50 lukisan dalam sebulan. Produk lukisan kaca yang ditawarkan pun cukup variatif, mulai dari lukisan kaca wayang, kaligrafi Cirebon, kaligrafi Islam, Batik Cirebon, Oriental, hingga motif kartun seperti tokoh disney.

Lukisan Kaca karya yang memiliki ciri khas dalam pewarnaan ala Dian Mulyadi ini sudah banyak di ekspor ke luar negeri, seperti singapura dan korea. "Kebanyakan pesanan untuk rumah makan disana, dan jumlah pesanan bisa mencapai ratusan," imbuhnya.(BC-212)

sumber :
http://www.beritacerbon.com/berita/2008-04/lukisan-kaca-cinderamata-khas-cirebon

Lukisan Kaca, Memberi Kesan Klasik pada Rumah

EKONOMI KRETIF – Rumah merupakan kebutuhan yang mendasar setiap orang. Manusia menjadikannya sebagai tempat berlindung, beristirahat dan berinteraksi dengan seluruh anggota keluarga. Lebih jauh, rumah memiliki peran sosial budaya dan seni sebagai tempat pendidikan keluarga mulai dari norma hingga nilai-nilai kehidupan yang membentuk jati diri tiap anggota keluarga untuk hidup bermasyarakat.

Menciptakan rumah itu mudah. Namun menciptakan rumah sebagai tempat hunian yang menyenangkan, parlu sentuhan khusus. Salah satunya, menghiasai rumah dengan lukisan pada kaca jendela.

Di Tasikmalaya, penyedia lukisan kaca, Arwana Ly Glass di Jalan R.E Martadinata No.223 atau di Perempatan Jati, Kota Tasikmalaya. Arwana Ly Glass mengerjakan pesanan Kaca patri, Kaca lukis, Kaca Exas, Kaca Grafir Kaca Bavel dan Air Bruse.

Pemilik Arwana Ly Glass Yusin mengatakan, masyarakat banyak yang punya kepiawaian dalam menata dan memilih model rumah atau perabotan yang memiliki unsur estetika art (seni). Salah satu upaya mencapai kenyamanan tersebut, menghiasi kaca dengan jenis lukisan serta mengisi dinding dengan aneka lukisan atau foto.

foto: jakartapatri.com

"Lukisan-lukisan atau hiasan yang mereka pilih tidak hanya menampilkan objek yang ada sekarang tapi juga banyak yang memilih obyek tempo dulu yang terkesan sangat antik dan memilki nilai seni tinggi," ujar Yusin.
Berbagai obyek lukisan seperti gambar binatang, gambar bunga, gambar manusia serta gambar-gambar yang abstrak kerap menjadi pilihan para peminat kaca lukis. Kadang Lukisan dianggap mampu menaikkan gengsi si pemilik rumah sebagai tanda bahwa ia menghargai seni.

"Seiring perkembangan zaman, gaya hidup orang telah banyak berubah. Penerapan desain yang canggih sudah mulai merasuk ke dalam kehidupan para eksekutif ataupun kalangan menengah ke atas tak hanya di lingkungan masyarakat perkotaan tapi juga masyarakat didaerah," jelas Yusin.

Keindahan rumah secara keseluruhan, menjadi perhatian pemilik rumah. Pemilihan furnitur serta pernak-pernik dan aksesori yang sesuai menjadi pilihan yang mendatangkan kepuasan bagi pemilik rumah. Komposisi antara furnitur dan lukisan kaca menjadi satu kesatuan yang harmonis sehingga dapat membentuk suasana ruang yang diinginkan pemilik rumah.

Demi memberikan variasi lukisan pada pelanggan kata Yusin, Arwana Iy Glass menyediakan beragam lukisan kaca yang menarik dengan motif bunga, abstrak, artis terkenal, dan bangunan-bangunan yang bernilai sejarah, seperti Menara Pisa di Italia.

"Konsumen bebas memesan sesuai kesan yang ingin dimunculkannya, lukisan motif bunga-bungaan, merupakan salah satu yang disukai karena menandakan suasana yang serba romantis pada rumah. Lukisan lain yang diminati adalah gambar binatang seperti ikan, kucing dan kuda" paparnya.

Bagi konsumen yang hendak membeli atau memesan lukisan kaca, Arwana Ly Glass memberikan kesempatan kepada konsumen untuk melakukan konsultasi terlebih dahulu.

“Konsultasi ini antara lain tentang lukisan yang cocok, Ukuran kaca, jenis kaca, kondisi rumah, banyaknya lukisan yang dibutuhkan dan cat yang sesuai kepribadian pemilik rumah,” katanya. (*)

Sumber: http://anepaoji.blogspot.co.id/2015/05/lukisan-kaca-memberi-kesan-klasik-pada.html?m=1

Rastika: Seniman Lukis Kaca Cirebon

Lahir di Gegesik Kulon, Kecamatan Gegesik, Cirebon, Jawa Barat pada tahun 1942. Anak pasangan Tarsa dan Rubiyem ini belajar melukis sejak usia 10 tahun. Kepandaian sang kakek yang semasa hidupnya terkenal sebagai seorang pengukir keris rupanya menurun kepadanya. Ketika duduk di bangku sekolah, secara diam-diam Rastika suka menggambari Sabak (batu tulis) dengan motif wayang Cirebon.

Secara otodidak, Rastika mulai belajar mengenai motif batik Cirebon yang menyertai seorang tokoh wayang. Tahun 1960-an, ketika berusia belasan tahun, Rastika mulai melukis diatas kertas. Tetapi, ketika ia melihat para pelukis kaca senior seperti Maruna, Saji dan Sudarga melukis diatas kaca, secara diam-diam Rastika mencobanya di rumah, lalu ia tunjukan kepada Sudarga. “Dia bilang lukisan saya bagus”,”ujarnya. Dari situlah Rastika mulai menekuni melukis diatas kaca dan pembeli lukisan pertamanya bernama Sukirno, tetangganya sendiri.

Narasi lukisan Rastika umumnya merupakan suatu penggambaran antara baik dan buruk, hukuman dan kejahatan, angkara dan samadi, dalam pola dan motif yang berasal dari kisah-kisah legenda dan pewayangan, dengan motif campuran antara Jawa-Hindu, Islam dan Cina yang telah bertranformasi.

Tahun 1977, Rastika ikut serta berpameran di Pasar Seni ITB, ia di ajak oleh pelukis Hariadi Suadi yang juga dosen seni grafis Fakultas Seni Rupa ITB. Waktu itu Rastika berpameran bersama Sudarga, masing-masing memamerkan lima lukisan. Lukisan Semar dengan Dua Kalimat Syahadat karya Rastika pun terpampang dSejak itulah namanya mencuat. Banyak orang yang mengemari karyanya.

Seingat Rastika sampai sekarang, ia sudah berpameran sebanyak 15 kali, baik bersama-sama maupun tunggal. Tetapi, tak ada satu pameran yang ia selenggarakan sendiri, “Semuanya di prakarsai orang”, katanya. Pameran tunggal dan bersamanya antara lain di Taman Ismail Marzuki, Bentara Budaya, dan berbagai hotel di Jakarta. Lukisan kacanya juga pernah ditampilkan dalam Pekan Raya Jakarta 1978, di Mitra Budaya milik perkumpulan pencinta kebudayaan di Jakarta, bahkan ketika Semarang mengadakan pameran kaligrafi dalam MTQ Xl Rastika juga turut serta.

Pernah mempersembahkan lukisan kaligrafi Semar dengan Dua Kalimat Syahadat yang dibuatnya kembali kepada Presiden Soeharto dalam upacara pembukaan Museum Indonesia di TMII. Lukisan-lukisannya banyak dimiliki oleh para kolektor antara lain : Karna Tanding, Begawan Mintaraga, Anoman Obong, Aji Candrabirawa, Bima Suci dan Kumbakarna Gugur. Salah satu lukisannya diberi nama Citra Indonesia terpampang dimuseum Indonesia TMII. karya-karya Rastika, kini juga bisa dilihat di Museum Wayang, Jakarta

Selain melukis diatas kaca, Rastika juga mahir dalam sungging dan tatah wayang kulit serta wayang golek cepak. Ia pun sangat pandai menabuh gamelan dan ikut bergabung dalam satu kelompok pertunjukan wayang kulit di desanya. Membuat sebuah galeri kecil didepan rumahnya, di Gegesik Kulon, Gegesik, Cirebon, Jawa Barat yang melahirkan karya-karya yang unik dalam khasanah seni lukis Indonesia.

Nama : Rastika

Lahir : Gegesik Kulon, Gegesik, Cirebon, Jawa Barat 1942

Pendidikan : Sekolah rakyat(hanya sampai kelas 5),

Penghargaan : Bentara Budaya Award (2012)

sumber: Taman Ismail Marzuki
http://gunung-jati.blogspot.co.id/2013/04/rastika-seniman-lukis-kaca-cirebon.html?m=1

PELUKIS KACA INDRAMAYU SERBA BISA

Aris Kusnandar, pelukis kaca yang lahir di indramayu tahun 1960 ini adalah pelukis aktif dan serba bisa. Hasil karyanya bisa menggunakan media kanvas, viber, kerajinan kulit kambing, melukis diatas kaca, kayu dan beliau juga bisa membuat relief taman. Seniman ini juga bisa melukis background sandiwara tarling karena aaris juga mendirikan sandiwara untuk event hajatan.

Lukisannya terkenal sangat berani bermain warna karena menurut penuturan seniman nyentrik ini: tidak ada warna yang jelek. Semuanya tergantung bagaimana kita mengelola permainan warna. Setiap hari gerai lukisannya selalu didatangi pelanggannya yang memesan lukisan, membeli wayang kulit hasil goresan tangannya dan memanggilnya untuk ikut pameran lokal maupun mancanegara.
Obsesi pelukis kaca ini adalah tinggal di luar negeri dan melukis sebanyak-banyaknya lukisan kaca dengan motif indonesia maupun motif yang di inginkan oleh pemesannya karena minimnya perhatian dari pihak pemerintah dan susahnya mencari pinjaman bank dikarenakan seni itu untuk di nikmati dan di hargai.
Bagi anda yang ingin membeli lukisan aris kusnandar atau pun mengajak kerjasama membuka toko online dan gerai lukisan kaca, Silahkan hubungi fauzi PT. Jangkar Global Groups: di no hp/whatsapp xl: +6287727688883 hp/whatsapp simpati : +6281290434111 HP Indosat : +6285710466660 Pin BB : 5A4AF48D dan 54D9DDF5 Telp kantor : +622122008353 Ibu Ida no hp/whatsapp simpati : +6281282474443 hp xl : +6287782296660 Skype/Twitter: @fauzimanpower Email: jangkargroups@gmail.com FB: jangkar global groups

Sumber: http://www.jangkargroups.co.id/pelukis-kaca-indramayu-serba-bisa/

BISNIS LUKISAN KACA Guratan laba dari lukisan media kaca

Oleh : Dina Mirayanti Hutauruk, Rani Nossar, Tri Sulistiowati
Selasa, 01 Juli 2014
15:42 WIB
Guratan laba dari lukisan media kaca

Memiliki kreativitas tinggi dan berinovasi bagi para pelaku usaha di industri kreatif sudah menjadi keharusan agar produknya bisa terus diterima pasar. Begitupula yang dilakukan para perajin seni lukis lewat media kaca atau yang biasa disebut glass painting. Mereka harus bisa menciptakan motif-motif baru dalam produknya dalam kurun waktu tertentu.

Salah satu seniman glass painting yang menggeluti bisnis ini adalah Ratna Miranti dari Bandung, Jawa Barat. Dia bilang, untuk dapat terus bertahan di tengah pelaku usaha lukisan kaca yang makin bertambah jumlahnya, dia rajin membuat kreasi motif baru dan juga mengembangkan teknik produksi.

Ratna banyak mendapatkan inspirasi dari motif-motif kain batik khas Indonesia. Sebab, motif-motif batik memiliki nilai seni yang tinggi serta banyak diminati konsumen. Selain itu, dia juga banyak mencari ide dari lingkungan dan alam sekitar untuk mendapatkan motif-motif yang bisa diaplikasikan di media kaca. "Teknik mengulas cat di kaca pun ada cara-cara tertentu agar hasilnya lebih rapi," kata dia.

Wanita berambut pendek ini sudah cukup lama menekuni bisnis ini, yaitu sejak tahun 2009. Berawal dari kesalahan membeli jenis cat, Ratna akhirnya menemukan ketertarikan di usaha ini. "Harusnya saya beli cat untuk kain tapi waktu itu saya beli cat untuk kaca," kata dia.

Media kaca yang pertama dia gunakan adalah botol. Kebetulan saat itu mendekati perayaan Natal, sehingga banyak teman-temannya yang tertarik dan meminta dibuatkan, tetapi dengan media stoples. Darisitu bisnisnya terus berkembang. Lewat brand Meerakatja, Ratna dapat memproduksi sekitar 200 hingga 300 botol berlukis setiap  bulan.

Karena telah cukup lama berkecimpung di bisnis ini, produknya sudah cukup terkenal. Tidak jarang dia mendapatkan pesanan dalam jumlah besar hingga lebih dari 1.000 botol lukis. Konsumennya cukup beragamm, mulai dari perorangan hingga korporasi. Dia juga sempat menjalin kerjasama dengan produsen minuman ringan Coca Cola. "Banyak juga yang memesan sebagai suvenir pernikahan," kata Ratna.

Perajin glass painting lainnya adalah Laksmiwati Etty di Sidoarjo, Jawa Timur. Pemilik Alia Kraft Glass Painting ini awalnya ia memang hobi untuk membuat suvenir buatan tangan dengan mencoba-coba dari kaca. Ia suka melukis gambar bunga-bunga di media kaca sebagai pajangan untuk mempercantik ruangan rumah.

Laksmiwati juga seorang penulis buku-buku keterampilan seperti Kreasi Bunga dari Biji, Glass Painting, Modern Patchwork, Kriya Kertas Semen, Art Painting, dan Gift Box. Ia sudah sejak lama suka membuat kreasi produk buatan tangan. Namun sejak tahun 2009, ia mulai fokus untuk membuat kerajinan glass painting.

Banyak penjiplakan

Laksmiwati dan  empat orang karyawannya membuat lukisan kaca di atas berbagai media seperti gelas, vas bunga, guci, stoples kaca, lampu, tempat permen kaca, piring kaligrafi, dan benda dari kaca lain. Namun yang paling laris hingga saat ini adalah di gelas lukis. "Gelasnya bukan untuk minum, tapi untuk pajangan saja. Kecuali stoples kaca untuk tempat kue, " kata Laksmiwati.

Untuk gelas pajangan, Laksmi bisa menghasilkan 50 gelas per hari. Sedangkan untuk media di vas bunga atau guci besar dia hanya bisa memproduksi satu produk per hari.

Harganya bervariasi tergantung ukuran dan tingkat kesulitan. Untuk suvenir pernikahan, gelas-gelas pajangan dihargai Rp 15.000−25.000 per buah. Sedangkan media lain seperti lampu, guci, vas bunga, kisaran harganya Rp 100.000-Rp 1 juta per buah. "Omzet yang saya dapat sekitar Rp 20 juta per bulan," kata Laksmiwati.

Sementara, Ratna dari bisnis ini bisa mendapatkan omzet hingga Rp 30 juta tiap bulan. Dia membandrol harga produknya mulai dari Rp 25.000 hingga Rp 3 juta per botol. Wanita lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengatakan, harga jual cukup tinggi karena proses pembuatannya  semua masih menggunakan tangan alias manual.

Keuntungan bersih yang didapat Ratna cukup besar, sekitar 50% dari omzet. Avrin Yusmindar, perajin lukisan media kaca dari Bali, bilang, konsumennya berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, dia juga kerap mendapatkan pesanan dari luar negeri seperti Singapura dan Malaysia. 

Avrin memproduksi gelas lukis dari yang berukuran kecil hingga stoples ukuran besar. Ada dua jenis cat yang dia gunakan yaitu cat biasa dengan daya tahan yang tidak  terlalu lama dan cat khusus yang permanen untuk kaca. Sehingga, penggunaan cat dia sesuaikan dengan permintaan. Jika ada pesanan suvenir pernikahan, dia menggunakan cat biasa sehingga harga jualnya lebih murah.

Produk yang dilukis dengan cat biasa dibanderol mulai harga Rp 10.000−Rp 100.000 per unit. Sedangkan produk yang menggunakan cat permanen dijual berkisar Rp 50.000−Rp 400.000 per unit. "Harga tergantung ukuran dan motifnya," kata dia.

Setiap bulan, Avrin bisa memproduksi 500 sampai 2.000 gelas lukis. Disamping memproduksi gelas painting, Avrin juga menjual beraneka ragam produk aromaterapi. Dari kedua usahanya tersebut ia bisa meraup omzet rata-rata Rp 20 jutaan setiap bulan.

Kendati bisnis gelas lukis sudah berkembang lama, namun Avrin melihat bahwa peluang bisnis ini masih tetap ada. Ia bilang, gelas-gelas lukis masih disukai banyak orang terutama oleh mereka yang mencintai seni.

Untuk tetap dapat berkembang, Avrin mengaku banyak mengembangkan motif-motif baru agar orang tetap tertarik. Selain itu, ia juga memberikan pelayanan yang baik bagi konsumennya.

Ratna bilang, bisnis ini memiliki kendala terbesar yakni penjiplakan karya motif. Tidak sedikit perajin produk sejenis yang sengaja menjiplak kreasi orang lain untuk produknya. Karena sekarang sudah banyak pelatihan untuk melukis di atas kaca. "Meski begitu, bisnis ini cukup menjanjikan ke depannya bila terus ditekuni," ujar Ratna.  

Banyak cara bagi para perajin glass painting untuk memasarkan produknya. Seperti Ratna Miranti, pemilik Meerakatja Glass Art, dia rajin mengikuti pameran dan bazaar.

Dari sanalah, Ratna mendapatkan banyak pelanggan.Selain itu Ratna, juga menggunakan media digital seperti website, Facebook, Twitter dan lainnya. Dia mengaku, pelanggan  yang memesan dalam jumlah besar umumnya dia dapatkan dari media digital. "Karena banyak orang yang browsing internet untuk cari barang untuk suvenir," jelasnya.

Laksmiwati Etty, pemilik Alia Kraft Glass Painting pun menggunakan berbagai media sosial untuk berpromosi. Selain itu dia juga  aktif ikut pameran yang biasa diadakan Kementerian Koperasi dan UMKM atau Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Agar produknya terlihat unik, Ratna gemar mengumpulkan botol bekas minuman sebagai media untuk melukis. Dia tidak akan sungkan-sungkan untuk meminta botol dari teman-temannya. Kebanyakan botol yang dia minta adalah botol wine dan botol minuman alkohol lainnya. "Saya biasanya juga sering mencari botol kaca untuk minuman yang unik," katanya. 

Tetapi, untuk pesanan dengan jumlah banyak, selama ini Ratna mempunyai pemasok langganan. Sedangkan Laksmiwati mengambil bahan bakunya dari Kedawung, Jawa Barat. Sedangkan untuk suvenir kelas premium, Laksmiwati sendiri yang memburu gelasnya dari berbagai daerah.

"Kalau sedang pergi ke salah satu kota, biasanya saya suka mencari gelas, lampu, atau vas untuk bisa dijadikan karya selanutnya. Tapi kalau gelas yang kecil-kecil biasanya pesan saja, " kata Laksmiwati.

Pemesanannya pun tidak bisa diprediksi, kadang dalam sebulan Laksmiwati bisa memesan 5.000 gelas, atau bisa juga hanya 2.000 gelas. Dia juga kerap mengumpulkan botol-botol minuman yang terbuat dari kaca, botol parfum bekas, serta lampu-lampu kaca bekas. Dengan begitu para perjain glass painting ini juga ikut mendaur ulang sampah.

Sumber: http://m.kontan.co.id/news/guratan-laba-dari-lukisan-media-kaca

Perkenalan dari SOLOPOS

(Solopos.com)

Kaca berwarna telah dikenal dalam dunia seni rupa dan interior sejak ratusan tahun lalu. Dulunya, seni kaca ini terbatas pada kaca pateri yang hanya memungkinkan pola-pola yang kaku. Kini, kaca berwarna masih banyak dipakai namun perlahan kaca-kaca lukis telah menggantikannya dengan muncul di lobi hotel atau jendela rumah-rumah klasik.

“Kaca berwarna memang lebih bagus kualitasnya tapi mahal dan kurang detail. Ini sebenarnya imitasi dari kaca pateri, bisa lebih halus dan detail gambarnya lebih bagus karena lukisan,” kata Tito Sugiarto, pengrajin kaca lukis di Punggawan, Solo.

Siang itu, di rumahnya, Jl Madyotaman I No 35, Tito masih sibuk mengerjakan sebuah panel kaca lukis untuk interior sebuah rumah milik seorang pemesan. Di emperan, ada beberapa kaca yang telah selesai dilukis dengan motif burung khas oriental. Biasanya, kaca-kaca ini dipakai untuk partisi ruangan dan jendela bangunan.


Tito memang mengambil spesialisasi motif kaca ala oriental dan Timur Tengah. Ciri khas yang membedakan motif oriental dengan Barat adalah dominasi gambar burung, tanaman dan bunga. Sementara motif Barat biasanya menampilkan gambar-gambar manusia, dewa, tokoh atau simbol wanita. Di Indonesia, motif-motif oriental lebih disukai orang karena kemiripan budaya. “Saya memang spesialis gaya oriental seperti China, Jepang dan wayang. Kalau Barat tidak, paling-paling Timur Tengah,” lanjut pria berjenggot ini.

Gaya dan motif ini memang terus dipertahankannya hingga kini. Tito sendiri ingin menjadikan motif ini sebagai ciri khas kaca lukis produksinya. Dalam hal motif, dulunya Tito dan beberapa rekannya sempat berkonsentrasi pada motif batik. Namun, makin banyaknya orang yang memakai motif batik, dia mengembangkan motif baru yang bisa membuat usahanya tetap eksis.

sumber : http://www.solopos.com/2011/10/24/lukisan-kaca-dari-coba-coba-jadi-karya-mempesona-121016

Lukisan Kaca Interior

Lukisan Kaca Interior, Grafir Jendela, Lukisan 3 dimensi, Lukisan Flora dan fauna, Lukisan Jendela

Sumber:http://lukisankaca-solo.blogspot.co.id/2015/05/lukisan-kaca-interior.html?m=1

Teknik Gambar Terbalik di Lukisan Kaca

TRIBUNNEWS.COM - SATU dari sekian karya seni khas Cirebon adalah lukisan kaca. Sesuai namanya, lukisan kaca merupakan gambar atau lukisan dengan menggunakan kaca sebagai medianya.
Ada beragam gambar yang biasa terlukis dalam lukisan kaca ini. Namun yang paling populer dan sekaligus menjadi ciri khas Cirebon adalah gambar motif batik Mega Mendung dan Wadasan, kaligrafi, dan wayang. Sementara untuk gambar-gambar yang lain tergolong sedikit, dan biasanya berupa pesanan.
Berdasarkan catatan sejarah, konon, lukisan kaca sudah dikenal di Cirebon sejak abad ke 17 Masehi. Ini bersamaan dengan berkembanganya Agama Islam di Pulau Jawa.
Pada zaman pemerintahan Panembahan Ratu di Cirebon, lukisan kaca sangat terkenal sebagai media dakwah Islam. Lukisan kaca yang dibuat pun berupa lukisan kaca kaligrafi dan lukisan kaca wayang. Sebab pada zaman itu, tokoh wayang sangat lekat dengan masyarakat.

Sejalan waktu, perkembangan lukisan kaca terasa eksistensinya sebagai cinderamata spesifik khas Cirebon. Lukisan kaca ini bisa dengan mudah ditemukan di galeri-galeri yang menawarkan cenderamata, terutama cenderamata etnik.
Lukisan kaca Cirebon digolongkan sebagai produk spesifik. Para seniman menyebut demikian karena lukisan kaca Cirebon dilukis dengan teknik melukis terbalik. Tentu saja terbalik, karena gambar berada di bagian bawah atau dalam kaca saat dilukis. Ini sangat berbeda dengan lukisan pada umumnya, yang selalu digoreskan di bagian atas atau luar medianya.
Karena dilakukan di bagian bawah atau dalam kaca, maka saat membuatnya, gambar pun harus dibuat terbalik, menghadap ke bagian luar kaca, bukan ke pelukisnya. Namun dengan teknik seperti ini, akan dihasilkan gambar yang menyerupai lukisan telah berbingkai kaca. Bahkan jika gambar pada lukisan berupa motif batik, lukisan kaca yang dihasilkan seperti kain batik yang terbungkus bingkai kaca.
Selain dibuat terbalik, lukisan kaca juga kaya akan gradasi warna dan harmonisasi nuansa dekoratif serta menampilkan ornamen atau ragam hias motif Mega Mendung dan Wadasan yang dikenal sebagai motif batik Cirebon.
"Ini yang membuat lukisan kaca Cirebon benar-benar khas," kata seniman muda, Iis, saat ditemui di galerinya Jalan Raya Kedawung 106, belum lama ini.

Editor: Anita K Wardhani
Sumber: Tribun Jabar

Lukisan kaca,dari coba-coba jadi karya mempesona

Solopos.com) – Kaca berwarna telah dikenal dalam dunia seni rupa dan interior sejak ratusan tahun lalu. Dulunya, seni kaca ini terbatas pada kaca pateri yang hanya memungkinkan pola-pola yang kaku. Kini, kaca berwarna masih banyak dipakai namun perlahan kaca-kaca lukis telah menggantikannya dengan muncul di lobi hotel atau jendela rumah-rumah klasik.

“Kaca berwarna memang lebih bagus kualitasnya tapi mahal dan kurang detail. Ini sebenarnya imitasi dari kaca pateri, bisa lebih halus dan detail gambarnya lebih bagus karena lukisan,” kata Tito Sugiarto, pengrajin kaca lukis di Punggawan, Solo.

Siang itu, di rumahnya, Jl Madyotaman I No 35, Tito masih sibuk mengerjakan sebuah panel kaca lukis untuk interior sebuah rumah milik seorang pemesan. Di emperan, ada beberapa kaca yang telah selesai dilukis dengan motif burung khas oriental. Biasanya, kaca-kaca ini dipakai untuk partisi ruangan dan jendela bangunan.

Tito memang mengambil spesialisasi motif kaca ala oriental dan Timur Tengah. Ciri khas yang membedakan motif oriental dengan Barat adalah dominasi gambar burung, tanaman dan bunga. Sementara motif Barat biasanya menampilkan gambar-gambar manusia, dewa, tokoh atau simbol wanita. Di Indonesia, motif-motif oriental lebih disukai orang karena kemiripan budaya. “Saya memang spesialis gaya oriental seperti China, Jepang dan wayang. Kalau Barat tidak, paling-paling Timur Tengah,” lanjut pria berjenggot ini.

Gaya dan motif ini memang terus dipertahankannya hingga kini. Tito sendiri ingin menjadikan motif ini sebagai ciri khas kaca lukis produksinya. Dalam hal motif, dulunya Tito dan beberapa rekannya sempat berkonsentrasi pada motif batik. Namun, makin banyaknya orang yang memakai motif batik, dia mengembangkan motif baru yang bisa membuat usahanya tetap eksis.

Sumber: http://m.solopos.com/2011/10/24/lukisan-kaca-dari-coba-coba-jadi-karya-mempesona-121016

foto lukisan kaca wayang [contoh lukis kaca]

Pertama saya ucapkan trimakasih telah datang ke blog saya..yah mgkin blog saya tidak begitu bagus ..jadi langsung saja berikut foto foto contoh lukisan kaca yang bertema wayang dibawah adalah contoh foto foto lukis kaca bertema wayang..semoga bermanfaat dan mudah mudahan setelah liat foto-foto dibawah kamu menjadi orang yang baik hati dan tidak sombong.

sumber: http://otongeverywere.blogspot.co.id/2015/12/foto-lukisan-kaca-wayang-contoh-lukis.html?m=1

LUKISAN KACA(BIMA SUCI)

Sebuah perjalanan panjang untuk menemukan suatu kebenaran, keberhasilan, dan pengetahuan yang tentunya akan berguna bagi orang yang mampu melakukannya dengan mempunyai tekad yang kuat.
Hidup di alam marcapada tidak lepas dari rintangan dan halangan, kisah ini saya mengadopsi dari perjalanan Bima dalam menemukan Air Kehidupan atau Tirta Prawitasari yang keberadaannya konon di dalam dasar samudra.
Di ceritakan Bima sebagai simbol manusia dalam mencari jati dirinya. Orang mengenalnya sebagai tokoh wayang yang mempunyai kekuatan yang sakti mandraguna, mampu mengalahkan musuhnya, dan sanggup menjalankan perintah gurunya, walau halangan dan rintangan yang di hadapinya Bima takkan goyah dan sanggup untuk menghadapinya.
Disini Bima dapat ujian yaitu mencari air kehidupan yang di perintahkan gurunya Pendita Durna. Di dalam perjalanannya Bima di hadang oleh Naga Ardawalika, namun tekad Bima tak akan menyerah Ia dapat mengalahkan Naga tersebut dengan menggunakan kuku Pancanaka. Cerminan Bima dalam pertarungan melawan Naga Ardawalika (ular) mempunyai arti bahwa manusia harus bisa malawan nafsu atau sifat buruknya agar bisa mencapai sebuah kebenaran dan keberhasilan. Karena sifat buruk manusia akan membawa dan menjerumuskan tiap pribadi seseorang pada pengaruh buruk sehingga dapat mencelakakan diri kita. Orang yang mampu mengalahkan sifat buruknya akan mendapatkan sebuah jalan yang benar, titik terang, kenyamanan dalam kehidupan.
Penulis : Endang Adi Sutomo

Sumber: http://tomoglasspainting.blogspot.co.id/2014/01/bima-suci.html?m=1

LUKISAN KACA (alam kesejatian)

Bertemunya Bima dengan Sang penguasa alam raya “Dewa Ruci” yang menghuni dunia besar dan dunia kecil mengartikan tentang perjalanan manusia dalam meraih kehidupan yang sempurna. Semua hal yang ingin manusia harapkan dalam menemukan dunia baru, seperti yang kita rasakan bahwa sebuah bangsa dalam membangun negaranya tentu saja untuk menjadikan negara yang mengalami peningkatan, perubahan dari segala bidang yang membawa ke arah tujuan yang selayaknya bisa memberi pengaruh baik bagi bangsanya. Alam kesejatian mengibaratkan Nusantara ini, yang didalamya terdapat lakon sejarah bangsa itu sendiri dari peristiwa dahulu hingga sekarang. Gunungan adalah Simbol dari alam semesta dan isinya, Bima sebagai sosok manusia dan Dewa Ruci sebagai sosok Sang penguasa alam raya.
Lakon kehidupan manusia terpapar didalamnya, peperangan dalam perebutan kekuasaan, pensucian jiwa menghadirkan kebijaksanaan, tentang kisah cinta yang nestapa, berakhir tawa bagi yang dinaungi, dan berujung lara bagi sang pecundang, tingkah polah para patriot yang mengatasnamakan kemuliaan, semua itu merupakan tahap perjuangan dalam mencari kehidupan yang sempurna.
Pada dasarnya manusia hidup sebagian besar adalah spritual, semakin mempunyai jiwa spiritual dan dekat pada Yang Maha Kuasa maka akan terasa nyaman, hidup yang begitu indah mempesona, keadaan hati yang terang benderang.
Penulis : Endang Adi Sutomo

Sumber: http://tomoglasspainting.blogspot.co.id/2014/01/alam-kesejatian_8.html?m=1

PANGTI DUALISME

Pangti Dualisme adalah panglima tertinggi yang dimana antara keduanya saling berbeda prinsip. Karya ini merupakan sebuah history yang terjadi di bulan Juni. 1 juni adalah hari lahirnya pancasila, 6 Juni 1901 merupakan tanggal lahirnya Presiden Soekarno, 6 Juni 1970 kondisi kesehatan Bung Karno makin memburuk, tepat hari ulang  tahunnya ke 69, 11 Juni 1970 Bung Karno dibawa ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), 21 Juni 1970 Presiden Soekarno telah meninggal dunia, dan di makamkan di Blitar, 8 Juni 1921 merupakan tanggal lahirnya Presiden Soeharto, dan 1 Juni 1940 Soeharto menjadi anggota KNIL angkatan perang Belanda di Hindia.
Karya ini mengenang peristiwa sejarah terdahulu, tentang perjalanan Pemimpin besar Revolusi “Sang Proklamator”, dan juga Sang Bapak Pembangunan “The Smiling Jendral”, beliau telah membuat sejarah bagi bangsa kita ini. Pada masa itu terjadi pergolakan perbedaan pemikiran antara ke dua tokoh tersebut seusainya peristiwa G30S/PKI yang telah menelan korban 7 perwira militer AD. Pemberontakan G30S/PKI melahirkan krisis politik hebat di Indonesia. Sikap Soekarno yang menolak pembubaran PKI kemudian melemahkan posisinya dalam politik. Lima bulan kemudian, dikeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret yang ditandatangani oleh Soekarno. Berawal dari Supersemar inilah kemudian terjadi lengsernya Soekarno dari jabatannya sebagai Presiden.
Penulis : Endang Adi Sutomo

Sumber: http://tomoglasspainting.blogspot.co.id/2014/01/pangti-dualisme.html?m=1

ILMU JENDRA HAYUNINGRAT

Konsep karya ini mengambil dari cerita di zaman Ramayana yaitu adanya “Ilmu Sastra Jendra Hayuningrat”. Kilas ceritanya yaitu berawal dari Batara Guru pemimpin negeri kayangan Indraloka yang telah memberikan Ilmu Sastra Jendra hayuningrat kepada seorang petapa yaitu Begawan Wisrawa, sebagai titipan untuk bisa dijaga dan dipelihara. Jika hendak diamalkan harus kepada orang yang benar-benar jiwa dan hatinya dalam keadaan bersih, dan orang tersebut harus menjalani laku untuk membersihkan diri dari semua segi godaan yang bersifat duniawi.
Ajaran Ilmu Sastra Jendra itu bagaikan seorang guru yang mengajari muridnya agar kelak memperoleh pengetahuan dan bisa digunakan dengan sebaiknya. Dalam arti luasnya adalah, barang siapa yang menyadari dan menaati benar makna yang terkandung di dalam ajaran itu akan dapat mengenal watak diri pribadi. Nafsu-nafsu ini selanjutnya dipupuk, dikembangkan dengan sungguh-sungguh secara jujur, di bawah pimpinan kesadaran yang baik dan bersifat jujur. Yang sifat buruk jahat dilenyapkan dan yang bersifat baik dikembangkan sejauh mungkin. Kesemuanya di bawah pimpinan kebijaksanaan yang bersifat luhur dalam memumpuni makna kehidupan yang benar dan dijalankan sesuai dengan syariat ajaran yang baik.
Tetapi di zaman sekarang ini  banyak orang pintar dengan gelar, pangkat, dan jabatan yang ia peroleh melalui pendidikan, nmun dalam kenyataanya banyak perilaku dan tindakan yang melanggar seperti halnya para koruptor, terorisme, persaingan politik, yang kuat dia yang menang, dan sejauh dia berpendidikan namun sejauh pula memanfaatkan ilmu yang dimilikinya untuk tindakan merugikan orang lain.
Penulis : Endang Adi Sutomo

Sumber: http://tomoglasspainting.blogspot.co.id/2014/01/ilmu-jendra-hayuningrat.html?m=1

DI UJUNG BUMI PRIANGAN

Bandung adalah kota priangan, yang mempunyai banyak sebutan, Bumi Siliwangi, Kota kembang, kota paris van java, juga identik dengan bentuk bangunan gedung sate nya sebagai sorotan keindahan kota nya. Namun perubahan begitu cepat, apa yang kita lihat fenomana nyata pada potrait Bandung sekarang sama yang dulu sudah berubah. Dimana kita bisa melihat akan keindahan warna warni bunga yang mekar, harum, suasana sejuk, susunan tata kota yang indah dan teratur kini sudah berubah. Perubahan yang membawa posisi kita untuk bisa sadar akan sebuah kenyamanan hidup, semakin banyaknya bangunan-bangunan sebagai sarana hiburan atau kebutuhan dasar, supermarket, mal, semua itu yang menjadi sorotan bagi pengunjung yang datang ke Bandung yang justru bisa membawa dampak kemacetan di jalan raya dan juga membuang sampah sembarangan.
Hal lain yang menjadi pokok bahasan adalah menyempitnya lahan taman bermain bagi anak-anak. Sehingga anak-anak terkadang sulit untuk mencari lahan untuk bermain atau ruang gerak anak menjadi terbatas, dan seakan di era sekarang ini mainannya justru lebih ke dunia maya atau internet. Semua itu karena pusat keramaian kota menjadi sorotan para pendatang dan terkadang menjadi tempat tinggal pindahan dari desa ke kota. Melihat gambaran nyata tersebut mau pada posisi manakah diri kita, secara sadar, atau setengah sadar, mampukah membawa dampak yang baik untuk menuju Bandung yang seperti dulu” Indah, nyaman, dan bersih”. Sehingga bisa memberikan kenyamanan bagi sang bocah untuk bisa bermain dengan adanya tempat yang memungkinkan. Pada karya ini mengapa menggunakan warna hitam putih ”monokrom”, ini sebagai potrait gambaran tempo dulu, namun isi gambar dan suasana merupakan kejadian di masa sekarang.
Penulis : Endang Adi Sutomo

Sumber: http://tomoglasspainting.blogspot.co.id/2014/01/di-ujung-bumi-priangan.html?m=1

TITIK KUNTA AWANGGA

ENDANG ADI SUTOMO, “ TITIK KUNTA AWANGA”

Menyimak karya Endang Adi Sutomo dalam pameran proses “ START LIGHT workshop & Exibition 2013” sekilas tak jauh berbeda dengan karya-karya sebelumnya. Bisa dikatakan karya-karya Endang erat kaitanya dengan cerita pewayangan. Biasanya cerita tersebut dikaitkan dengan fenomena yang terjadi saat ini. Disamping itu juga Ia ingin mengajak apresiator untuk mengenal cerita epik yang lekat dengan kesan Hindu klasik melalui objek lukiskannya serta ornamen-ornamen dekoratif klasik khas pewayangan yang divisualkan kedalam sebuah karya lukis kaca.

Lahir di Cirebon, 7 Januari 1992. Sekarang Endang tercatat sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Seni Rupa UPI Bandung. Pengalaman berpameran Endang diawali tahun 2011 di “Gatering Space” Cimahi, sebagai Juara 1 “Himasra Art Award” 2012 di Galeri popo Iskandar, “Art Edu Care #4” 2013 pameran seni rupa LPTK Se- Indonesia & Malaysia di Taman Budaya Surakarta (TBS), dan juara 3 “Himasra Art Award” 2013.

Wayang sudah menjadi bagian hidup Endang sejak kecil. Ini ditunjukan dengan kegemarannya membuat wayang dari bahan kardus. Endang mengenal cerita pewayangan dari membaca buku pewayangan.
Kegemarannya tersebut tak hanya dituangkan dalam bentuk wayang dari bahan kardus, akan tetapi dituangkan juga dalam bentuk karya lukis kaca. Ketertarikannya terhadap melukis di media kaca berawal saat Ia duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Ia mengenal lebih jauh tentang seni lukis kaca dari guru SMAnya. Dimulai dengan membuat lukisan yang sederhana, sampai akhirnya Endang memutuskan untuk konsisten menuangkan gagasan-gagasannya dengan berkarya seni lukis pada media kaca.

Seni lukis kaca, diakui atau tidak, sebenarnya telah menjadi sebuah kenyataan sejarah, yang lahir dan merambah dibelahan dunia kita ini, taruhlah seperti berkembangnya lukis kaca di Italia, daratan China, Jepang, Iran, India dan termasuk di Indonesia. Konon sejak abad ke 17 Masehi, Lukisan Kaca telah dikenal di Cirebon, bersamaan dengan berkembanganya Agama Islam di Pulau Jawa. Pada masa pemerintahan Panembahan Ratu di Cirebon, Lukisan Kaca sangat terkenal sebagai media dakwah Islam yang berupa Lukisan Kaca Kaligrafi dan berupa Lukisan Kaca Wayang. Adapun pengaruh cerita wayang berasal dari pertunjukan wayang yang diperagakan para wali untuk menyebarkan agama Islam. Kuatnya kepercayaan tokoh wayang yang baik, membuat seniman lukisan kaca selalu menampilkan tokoh seperti Kresna, Arjuna, Rama, Lesmana, dan lain-lain pada saat itu. Dewasa ini lukisan kaca tidak selalu menampilkan visual pewayangan saja, rupanya sekarang lukisan kaca hadir dengan rupa modern, sebut saja maestro lukis kaca yaitu Toto sunu yang terkenal dengan corak dekoratif modernnya. Dan seniman maestro Rastika yang konsisten dengan corak gaya dekoratif klasiknya. Tetapi disini Endang berusaha untuk mencari temuan teknik baru, walau penggayaan karya masih tergolong dekoratif klasik tetapi Endang mencoba untuk mengkombinasikan penggunaan dari segi alat dan bahan yang digunakan dalam kekaryaannya. Tentunya dengan menampilkan salah satu tokoh wayang yang akan mewakili gagasannya terhadap sub tema yang Ia pilih dengan tampilan visual karya yang berbeda dari karya sebelumnya.

Merujuk pada judul karyanya “Titik Kunta Awanga” dalam pameran proses ini, memiliki makna dari setiap asal katanya. Titik adalah sebuah pencapaian, pilihan atau pandang hidup seseorang. Kunta adalah nama sebuah senjata milik tokoh pewayangan Adipati Karna. Senjata tersebut memiliki simbolisasi terhadap kekuatan dalam hal pendidikan. Awangga adalah nama sebuah kerajaan yang disimbolisasikan dengan sebuah kekuasaan, kemasyarakatan atau kehidupan. Dari judul tersebut lebih menitik beratkan pada perwatakan tokoh antagonis yaitu Adipati Karna dalam cerita Mahabarata yang nantinya akan Endang tonjolkan dalam karya lukis kacanya kali ini. Interpretasinya terhadap tokoh Karna ini mengkritisi prilaku sebagian orang yang pada umumnya ketika merasa dirinya paling pintar dan berilmu tinggi, biasanya memiliki perasaan untuk ingin menguasai, baik dalam sebuah area masyarakat atau negara. Tapi mereka akan menggunakan ilmu tersebut malah ke arah kepentingannya sendiri. Seperti tokoh Adipati Karna yang menggunakan ilmunya untuk kepentingannya sendiri. Tentunya hal ini berkaitkan dengan pandangan Endang mengenai dimensi, idealisme dan egoisme sebagai fenomena sosial yang terjadi di Indonesia. Dalam beberapa konteks tak jarang mengambinghitamkan dunia pendidikan. Seperti pelaku korupsi, kekerasan, teroris yang ironisnya pelakunya adalah orang yang memiliki pendidikan yang tinggi dengan menyandang gelar-gelar tinggi pula. Jadi di manakah letak kesalahannya? Apakah pendidikanya? Atau pribadi itu sendiri? Disinilah Endang menjawabnya.

Dalam karya 100 cm x 100 cm, Endang Adi Sutomo memberikan makna kepada apresiator dengan objek-objek simbolisasi terhadap fenomena tersebut, Ia memberikan penekanan tokoh Adipati Karna dengan senjata kuntawijayandanu dilukiskannya tengah menghadap Ibunya dewi Kunti Nalibrata. Singkat cerita suatu hari Adipati Karna termenung dalam sebuah pilihan antara memilih pihak kurawa (antagonis) atau Dewi Kunti Ibunya dan para pandawa (protagonis) dikala meletusnya perang saudara (barathayuda). Sosok karna ini dari segi kepintaran dan pendidikan merupakan pahlawan yang memiliki sifat-sifat kompleks. Meskipun berada di pihak antagonis, namun Ia terkenal sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kesatria. Tapi pada akhirnya Karna memihak para kurawa karena Duryudanalah musuh utama para Pandawa yang telah memberikan kedudukan, harga diri dan perlindungan disaat dihina para Pandawa dulu. Dari sisi inilah terdapat sebuah nilai intisari bahwasanya dari pendidikan yang setinggi apapun, namun dari ke egoan tidak akan bisa lepas, hanya sebuah pilihan yang harus kita tentukan mau kejalan yang mana, mau ke arah titik mana yang akan kita pilih dan kita tempuh. Endang beranggapan terkadang yang benar sekalipun kalau sudah melihat harga diri, dan godaan akan kedudukan, pangkat, harta, orang bisa lupa diri.

Disana juga Endang menambahkan perlambangan lainnya seperti :

Watak Adigang adigung dan Adiguna dilukiskan dengan gambar sebuah naga yang memiliki kepala, hidung dan tanduk sebagai ciri kijang; telinga dan gading sebagai ciri gajah; badan dan ekor sebagai ciri ular. Artinya bahwa manusia hendaknya tidak mengandalkan dan menyombongkan kelebihan yang dia miliki. (Adigang: Kekuatan; Adigung: Kekuasaan; Adiguna: Kepandaian). Disebutkan bahwa sifat Adigang diwakili oleh "Kijang", Adigung oleh gajah, dan Adiguna oleh ular. Adapun andalan kijang, gajah dan ular adalah: watak si kijang yang sombong dengan kecepatannya melompat. Sedangkan gajah mengandalkan tubuhnya yang tinggi besar. Kemudian ular dengan bisanya yang mematikan saat Ia menggigit. Hal itu diibaratkan sebagai watak pada Karna, umumnya realita sendiri bagi manusia di alam ini terkadang mempunyai sifat demikian, yang sepatutnya perlu kita hindari dan hilangkan dari kita sebagai manusia yang tahu akan pendidikan.

Simbolisasi tokoh rakyat jelata yang melambangkan sebuah tokoh rakyat kecil, atau petani yang pasrah. Kita lihat pada realita sendiri banyak rakyat kecil sebagai korban dari para pemimpin, pejabat, orang-orang pintar dengan kepandaiannya dan skill orang berpendidikan yang bisa menghasut. Mereka pandai bermain dari segi politiknya untuk kepentingan pribadinya sendiri. Sama halnya dengan tokoh Karna yang hanya mengutamakan kepentingannya dirinya.

Stilasi bentuk kursi yang berada di atas awan mega mendungan mengartikan bahwa kursi adalah sebuah simbol kedudukan, jabatan, pangkat, status, dll. Tentunya dicapai dengan pendidikan atau ilmu yang dimiliki manusia. Ini adalah sebagai wadah sebuah ujian seberapa kuatkah manusia untuk menjalankan amanah yang berpedoman Norma dan nilai. Sehingga tetap sadar dan bertingkah laku yang baik dan benar. Sehingga bisa membawa dirinya ke jalan yang selamat di dunia dan akhirat. Semakain tinggi orang berilmu maka semakin besar pula godaannya. Hal ini pernah dirasakan baik dari cerita pewayangan maupun relaita di dunia ini.

Yang terakhir adalah Kepala Kala yang bersayap sebagai perwatakan sisi-sisi buruk manusia, kesuraman, keegoisme, kemegahan, dan visual ini pula sebagai kesatuan dari adigang, adigung, dan adiguna.

Penulis: Dv'anti Weasly

Sumber: http://tomoglasspainting.blogspot.co.id/2014/01/titik-kunta-awangga.html?m=1