(Solopos.com)
Kaca berwarna telah dikenal dalam dunia seni rupa dan interior sejak ratusan tahun lalu. Dulunya, seni kaca ini terbatas pada kaca pateri yang hanya memungkinkan pola-pola yang kaku. Kini, kaca berwarna masih banyak dipakai namun perlahan kaca-kaca lukis telah menggantikannya dengan muncul di lobi hotel atau jendela rumah-rumah klasik.
“Kaca berwarna memang lebih bagus kualitasnya tapi mahal dan kurang detail. Ini sebenarnya imitasi dari kaca pateri, bisa lebih halus dan detail gambarnya lebih bagus karena lukisan,” kata Tito Sugiarto, pengrajin kaca lukis di Punggawan, Solo.
Siang itu, di rumahnya, Jl Madyotaman I No 35, Tito masih sibuk mengerjakan sebuah panel kaca lukis untuk interior sebuah rumah milik seorang pemesan. Di emperan, ada beberapa kaca yang telah selesai dilukis dengan motif burung khas oriental. Biasanya, kaca-kaca ini dipakai untuk partisi ruangan dan jendela bangunan.
Tito memang mengambil spesialisasi motif kaca ala oriental dan Timur Tengah. Ciri khas yang membedakan motif oriental dengan Barat adalah dominasi gambar burung, tanaman dan bunga. Sementara motif Barat biasanya menampilkan gambar-gambar manusia, dewa, tokoh atau simbol wanita. Di Indonesia, motif-motif oriental lebih disukai orang karena kemiripan budaya. “Saya memang spesialis gaya oriental seperti China, Jepang dan wayang. Kalau Barat tidak, paling-paling Timur Tengah,” lanjut pria berjenggot ini.
Gaya dan motif ini memang terus dipertahankannya hingga kini. Tito sendiri ingin menjadikan motif ini sebagai ciri khas kaca lukis produksinya. Dalam hal motif, dulunya Tito dan beberapa rekannya sempat berkonsentrasi pada motif batik. Namun, makin banyaknya orang yang memakai motif batik, dia mengembangkan motif baru yang bisa membuat usahanya tetap eksis.
sumber : http://www.solopos.com/2011/10/24/lukisan-kaca-dari-coba-coba-jadi-karya-mempesona-121016
0 comments:
Post a Comment