Lukisan Kaca
Selain Sintren, Tarling, dan Batik, tampaknya Lukisan Kaca adalah salah satu kesenian tradisional Cirebon yang mampu bertahan hingga saat ini. Tema dan gaya Lukisan Kaca Cirebon dipengaruhi budaya China, Islam dan cerita wayang.
Konon sejak abad ke 17 Masehi, lukisan kaca telah dikenal di Cirebon bersamaan dengan berkembangnya ajaran Islam di pulau Jawa. Pada masa pemerintahan Panembahan Ratu di Cirebon, lukisan kaca sangat terkenal sebagai media dakwah Islam yang berupa “lukisan kaca kaligrafi” dan berupa “lukisan kaca wayang”.
Pengaruh Islam yang disebarkan oleh para Wali juga ciri khas dari Lukisan Kaca Cirebon. “Bahkan setelah pengaruh China, gambar-gambar yang dihasilkan seniman tradisional selalu berhubungan dengan Islam seperti gambar kabah, masjid dan kaligrafi berisi ayat-ayat Alquran dan Hadist.”
Ciri khas lukisan kaca Cirebon adalah Kaligrafi, Wayang dan Batik Cirebon, ada 42 jenis kaligrafi peninggalan para Wali atau Sunan, khusunya Sunan Gunung Jati, semuanya mempunyai makna dan tujuan yang berbeda. Salah satunya adalah Macan Ali berupa tulisan arab dengan lafadz dua kalimat syahadat, kaligrafi ini bertujuan memberikan semangat atau memotivasi pemiliknya agar selalu ingat kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Seiring dengan pertumbuhan seni lukis kontemporer lainnya, lukisan dengan media kaca ini mulai dikenal masyarakat luas pada tahun 1970, dan sempat booming tahun 1980 -1990. Sang maestro Lukisan Kaca Cirebon, Toto Sunu membuat gebrakan dengan lukisan kaca super besar dan nuansa dekoratif yang begitu hidup. Maka lukisan kaca makin dikenal sebagai eksistensi cinderamata Spesifik khas Kota Cirebon.
Pada abad ke 19, Lukisan Kaca Cirebon cenderung mengambil tema wayang, kereta singa barong, paksi naga liman, pola mega mendung, kaligrafi Islam, gambar masjid, buroq, dan sejenisnya.
Teknik melukis kaca gaya Cirebon sangat unik, yaitu dengan melukis di kaca bagian belakang. Tahapan maupun teknik melukis dilakukan secara terbalik. Obyek yang terdapat di bagian depan dibuat terlebih dahulu. Begitu seterusnya, hingga latar belakang obyek sebagai penutup atau tahap akhir dalam melukis. Teknik ini tentu saja sangat berbeda dengan pelukis non-Cirebon yang melakukannya seperti melukis di atas kanvas, hanya saja medianya diganti dengan kaca. Inilah keunggulan dan daya tarik Lukisan Kaca asal Cirebon. Cat yang digunakan untuk melukis di kaca ini sama seperti cat untuk melukis di media kanvas. Pelukis kaca ini menempatkan semacam kayu panjang di antara lukisannya, untuk menyangga tangannya agar tidak menyentuh lukisan yang baru dipoles. Teknik melukis kaca makin menguat dan menjadi tradisi melukis yang melekat di masyarakat Cirebon.
Pada tahun 1960-an nasib para seniman Lukis Kaca pun mulai merana. Namun, awal 1980-an, kembali Lukisan Kaca menggeliat dan mengalami perkembangan yang bagus. “Sejak itu, sejumlah seniman kaca mulai menyadari bahwa seni tradisional ini perlu dikembangkan dan dilestarikan.”
Sumber : berbagai sumber
0 comments:
Post a Comment