Kabar berita dari Patih Anepaken setelah menemui Mahapatih Majapahit, telah disampaikan kepada Maharaja Prabu Linggabuana. Maharaja Prabu begitu marah dan kecewa dengan Prabu Hayam Wuruk, apalagi dengan perkataan Mahapatih Gajah Mada, yang akan menyerang Sunda Galuh jika tidak menyerahkan Sang Puteri sebagai upeti. Maharaja Prabu Linggabuana tidak akan menghendaki permintaan Mahapatih, ia akan tetap mempertahankan harga diri dan kedaulatan Sunda Galuh. Akhirnya terjadi perlawanan yang begitu tidak seimbang, peperanganpun terjadi, dari pihak Majapahit dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada dengan pasukannya Bhayangkari, dan dari pihak Sunda Galuh dipimpin Maharaja Prabu Linggabuana beserta pasukannya Bela mati.
Peperangan terjadi, saling melawan dan membunuh, seperti pada bentuk visual karya ke lima, yang menampilkan sosok Maharaja Prabu Linggabuana yang melawan Mahapatih Gajah Mada. Mereka bertarung dengan menggunakan senjatanya, Maharaja Prabu Linggabuana menggunakan kujang ciung, sedangkan Mahapatih Gajah Mada menggunakan senjata keris. Sebenarnya ini merupakan penyerangan bukan perang, karena pihak Majapahit lebih banyak ketimbang Sunda Galuh, dan bukan niat awal untuk berperang, akhirnya banyak korban yang mati dari pasukan Sunda Galuh.
Sang Puteri begitu sedih melihat kekacauan di Bubat, ia menangisi peristiwa yang sedang terjadi sambil memegang kujang kecil yang menjadi teman sejatinya. Setelah melihat begitu banyak korban yang mati dari Sunda Galuh, tak sengaja iapun melihat ayahnya yang sedang bertarung melawan Mahapatih Gajah Mada, dan menyaksikan sendiri ayahandanya mati tertusuk kerisnya Mahapatih Gajah Mada. Semua darah berceceran dimana-mana, senjata bertebaran, Sang Puteri segera menemui ayahandanya dengan tangisan yang begitu mendalam. Akhirnya semua pasukan Sunda Galuh gugur di Bubat, dan Sang Puteri segera mempersiapkan untuk melakukan bela pati, sebagai bukti cinta kapada orang tuanya, dan keikhlasan membela negerinya.
Penulis : Endang Adi Sutomo
Sumber: http://tomoglasspainting.blogspot.co.id/2015/06/karya-5-lautan-darah-palagan-bubat.html?m=1
0 comments:
Post a Comment