Konsep karya ini mengambil dari cerita di zaman Ramayana yaitu adanya “Ilmu Sastra Jendra Hayuningrat”. Kilas ceritanya yaitu berawal dari Batara Guru pemimpin negeri kayangan Indraloka yang telah memberikan Ilmu Sastra Jendra hayuningrat kepada seorang petapa yaitu Begawan Wisrawa, sebagai titipan untuk bisa dijaga dan dipelihara. Jika hendak diamalkan harus kepada orang yang benar-benar jiwa dan hatinya dalam keadaan bersih, dan orang tersebut harus menjalani laku untuk membersihkan diri dari semua segi godaan yang bersifat duniawi.
Ajaran Ilmu Sastra Jendra itu bagaikan seorang guru yang mengajari muridnya agar kelak memperoleh pengetahuan dan bisa digunakan dengan sebaiknya. Dalam arti luasnya adalah, barang siapa yang menyadari dan menaati benar makna yang terkandung di dalam ajaran itu akan dapat mengenal watak diri pribadi. Nafsu-nafsu ini selanjutnya dipupuk, dikembangkan dengan sungguh-sungguh secara jujur, di bawah pimpinan kesadaran yang baik dan bersifat jujur. Yang sifat buruk jahat dilenyapkan dan yang bersifat baik dikembangkan sejauh mungkin. Kesemuanya di bawah pimpinan kebijaksanaan yang bersifat luhur dalam memumpuni makna kehidupan yang benar dan dijalankan sesuai dengan syariat ajaran yang baik.
Tetapi di zaman sekarang ini banyak orang pintar dengan gelar, pangkat, dan jabatan yang ia peroleh melalui pendidikan, nmun dalam kenyataanya banyak perilaku dan tindakan yang melanggar seperti halnya para koruptor, terorisme, persaingan politik, yang kuat dia yang menang, dan sejauh dia berpendidikan namun sejauh pula memanfaatkan ilmu yang dimilikinya untuk tindakan merugikan orang lain.
Penulis : Endang Adi Sutomo
Sumber: http://tomoglasspainting.blogspot.co.id/2014/01/ilmu-jendra-hayuningrat.html?m=1
0 comments:
Post a Comment