Anda punya botol atau gelas yang sudah tak layak pakai? Jangan dibuang dulu, karena melukis kaca kini bisa menjadi bisnis.
Lihatlah apa yang dilakukan oleh Laksmiwati Etty dari Sidoarjo Jawa Timur ini. Pemilik Alia Craft Glass Painting ini memang hobi membuat souvenir buatan tangan dari bahan baku kaca. Benda-benda tersebut diberi motif gambar yang menarik, setelah itu dipoles dengan aneka warna yang menyolok, seperti hijau, kuning. merah, dan warna terang lainnya. Cling! Benda yang tadinya hanya berupa kaca polos sudah berubah menjadi pajangan yang bisa mempercantik rumah.
Laksmiwati menuturkan sebelum menggeluti kerajinan lukis kaca, dirinya sebetulnya sudah lebih dulu dipercaya oleh salah satu penerbit untuk menulis buku mengenai keterampilan glass painting. Ibu dua anak ini sebetulnya heran, karena dirinya kala itu belum terjun menjadi perajin glass painting.
Tak dinyana, buku perdananya yang terbit pada tahun 2009 itu mendapat sambutan positif dari pembeli. Penerbit pun kembali mempercayakan kepada Laksmiwati untuk menulis buku-buku keterampilan lainnya seperti kreasi Bunga dari Biji, Modern Patchwork, Kriya Kertas Semen, Art Painting, dan Gift Box.
Wanita kelahiran 23 Pebruari 1957 ini menuturkan sejak lama dia hobi membuat kreasi produk buatan tangan. Namun setelah bukunya mengenai glass painting mendapat sambutan positif dari pasar, tepatnya sejak 2009 silam dia memutuskan untuk fokus membuat kerajinan lukis kaca tersebut.
Beragam benda kaca dihiasanya, seperti gelas, guci, vas bunga, botol, mangkuk, stoples dan benda kaca lainnya. Untuk memproduksi kerajinan tersebut, dia berbagi tugas dengan suaminya Indra Puspita, yang melukis kaca tersebut. Sedangkan wanita yang sering didapuk di berbagai pelatihan keterampilan itu mendapat bagian memoles cat warna.
Keputusan Laksmiwati untuk menekuni kerajinan yang satu ini tak salah. Produknya bukan saja bisa diterima pasar, tetapi juga membuahkan penghargaan. Setidaknya produk glass paintingnya pernah meraih Juara III Kategori Kepedulian Lingkungan UKM Award yang diselenggarakan oleh Semen Gresik pada 2011 silam.
Wanita yang pernah mengenyam pendidikan di Farmasi ini memberikan salah satu alasan juri mengapa produk kerajinannya bisa meraih juara. Yang pasti, karena memanfaatkan limbah dari benda-benda berbahan kaca.
“Sekadar tahu, untuk membuat barang kerajinan ini saya memang memanfaatkan barang-barang bekas. Kadang saya diberi teman, tapi tak jarang saya sampai mencari ke pemulung,” ungkapnya.
Langkah pertama dalam membuat glass painting, adalah memastikan media yang digunakan benar-benar sudah dicuci bersih.
Setelah itu, baru dibuat pola yang diinginkan di atas kertas. Pola kemudian dijiplak ke atas kaca dengan memakai outliner berbentuk tube. “Proses ini disebut relief,” jelas Etty. Setelah dibuat relief, cat dibiarkan mongering sekitar 1–2 jam, lalu lanjutkan dengan pengecatan.
Cat yang digunakan adalah cat khusus untuk kaca yang berwarna namun tetap transparan. Itulah yang membuat kaca berwarna-warni menjadi hijau, kuning, biru, dan sebagainya, tetapi tetap tembus pandang.
Tahap berikutnya, pemberian cat berwarna pekat (opaque) di beberapa bagian yang diingin kan, lalu biarkan mengering selama 1–2 hari. Setelah cat benar-benar kering, langkah terakhir adalah finishing dengan relief ulang di pinggiran pola dan pembubuhan kristal atau manik-manik sesuai dengan selera.
kerajinan kaca patri
Aneka produk Alia Craft Glass Painting, Sidoarjo, Jawa Timur. Foto: Hardinah Sistriani
Omzet Puluhan Juta
Untuk gelas pajangan, Laksmi bisa menghasilkan 50 gelas per hari. Sedangkan untuk media di vas bunga atau guci besar dia hanya bisa memproduksi satu produk per hari.
Harganya bervariasi tergantung ukuran dan tingkat kesulitan. Untuk suvenir pernikahan, gelas-gelas pajangan dihargai Rp 25.000 per buah. Sedangkan media lain seperti lampu, guci, vas bunga, kisaran harganya Rp 100.000-Rp 1 juta per buah. “Omzet yang saya dapat sekitar Rp 20 juta per bulan,” kata Laksmiwati.
Menekuni kerajinan glass painting ini Laksmiwati memang dihadapkan pada pilihan. Kalau mau mengerjakan produk yang sifatnya massal seperti melayani pesanan suvenir, dia memang bisa meraup untung banyak, namun sebagai dampaknya dia tidak punya nama. Di sisi lain, bila mengerjakan produk-produk yang eksklusif, namanya sebagai perajin glass painting mulai dikenal melalui karakter produknya. Dalam hal ini, Laksmiwati tampaknya ambil jalan tengah, melayani souvenir namun dalam jumlah terbatas, sekaligus memproduksi karya-karya yang tidak massal.
Untuk berpromosi, dia aktif ikut pameran yang biasa diadakan Kementerian Koperasi dan UMKM atau Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.Sayangnya, pasar glass painting ini tak seluas barang kerajinan lain. Menurut Laksmiwati, selama dia menggelar berbagai pameran di kota-kota besar di Indonesia, baru Jakarta lah produk glass paintingnya mendapat respon yang lumayan dari pengunjung. “Makanya saya paling senang kalau pameran di Jakarta,” ujarnya.
Di Surabaya, benda-benda kaca yang sudah mendapat sentuhan seni dari tangannya sulit dijual dengan harga mahal. “Di Jakarta, produk- produk saya yang mahal justru lebih cepat laku,” ungkap wanita yang mengaku memodali bisnis ini tidak sampai Rp 500 ribu.
Ditanya mengenai keunggulan produk glass painting miliknya dibanding produk sejenis milik perajin lain, Laksmiwati mengatakan selain selalu mengikuti motif yang tengah tren, produk dia mempunyai ciri khas yaitu dominan menggunakan warna-warna terang.
“Misalnya ketika batik tengah tren, saya juga membuat motif-motif batik dalam glass painting saya. Tahun depan sepertinya akan membuat motif-motif tenun,” ujarnya memberi bocoran karyanya.
Sumber: http://mysharing.co/melukis-kaca-meraup-laba/
0 comments:
Post a Comment