Jogjanews.com - Forum Komunikasi Seni (FKS) Bidang Seni Rupa ISI Yogyakarta menyelenggarakan Pameran Seni Lukis Kaca Jawa Bali bertajuk “ Berkaca pada Lukisan Kaca” di Galeri Seni ISI Yogyakarta, Senin-Sabtu (19-24/11). Mengapa ada sebutan pulau Jawa dan Bali dalam pameran ini?
Karena anggota FKS ISI Yogyakarta yang terdiri dari beberapa dosen Jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta berkeliling ke Cirebon, Yogyakarta, Tulungagung serta Bali untuk menemui sejumlah pelukis kaca untuk antara lain diajak berpameran.
Para pelukis kaca tersebut memiliki kemampuan melukis dengan media kaca yang hebat dengan hasil karya yang berestetika tinggi. Para pelukis kaca itu adalah Rastika (Cirebon), Sulasno (Yogyakarta), Maryoko (Tulungagung) dan I Ketut Santosa (Bali).
Anggota FKS ISI Yogyakarta (Dr. Edi Sunaryo, Drs. Hartono Karnadi M.Sn, Lutse Lambert Daniel Morin S.Sn., M.Sn serta Suwarno Wisetrotomo) mengunjungi ke empat pelukis kaca tersebut dari Senin (15/10) hingga Senin (5/11).
Ketua FKS Bidang Seni Rupa ISI Yogyakarta, Dr. Edi Sunaryo mengatakan pameran lukisan kaca Jawa-Bali ini memiliki hal yang menarik pada pengungkapan sisi-sisi kemanusiaan masyarakat kecil yang terpinggirkan. Pada para seniman pelukis kaca yang semakin hilang.
“FKS berperan mewadahi pembicaraan tidak lengkap tentang para seniman pelukis kaca yang semakin hilang,” kata Edi Sunaryo.
Empat seniman pelukis kaca dari Cirebon, Yogyakarta, Tulungagung dan Bali tersebut boleh digolongan seniman sederhana yang hidup bahagia melalui kesenian. Praktek komersialisasi karya dilakukan sangat lentur dan kadang karya diberikan cuma-Cuma ketika perasaan mereka tersentuh.
Rektor ISI Yogyakarta, Prof. Dr. Hermien Kusmayati S.S.T., SU menyebutkan Pameran Seni Lukis Kaca Jawa-Bali yang dihelat FKS Bidang Seni Rupa ISI Yogyakarta sebagai tugas konservasi terhadap karya-karya kesenian tradisional maupun seni klasik.
“Kesenian/karya seni sebagai jejak peradaban, memerlukan pemeliharaan dan perlindungan. Khusus pada seni rupa, pameran ini menghadirkan karya-karya lukis yang spesifik baik tema, teknik maupun prosesnya,” terang Rektor ISI Yogyakarta yang juga penari ini.
Selain Rastika, Sulasno, Maryoko dan I Ketut Santosa, Pameran Seni Lukis Kaca Jawa-Bali juga diikuti 16 pelukis kaca termasuk delapan murid yang belajar melukis kaca kepada I Ketut Santosa. Mereka adalah Katura, Subandi Giyanto, Wiyadi, I Ketut Soamba, I Kadek Suradi, I Made Sukrawa, I wayan Arnawa dan I Made Wijana.
Delapan muris I Gede Santosa yang ikut memamerkan karya lukis kaca mereka adalah Gede Widiarta, I Nyoman Agus Sumertayasa, Putu Diva Indrawan, I Komang Ginantara, Luh Eni Cita Rahayu, I Nyoman Yukima Ugrasena , NI Ketut Susiani serta Ni Ketut Sujeni.
Kurator pameran, Suwarno Wisetrotomo menilai, lukisan kaca berfungsi juga sebagai kaca kehidupan baik bagi pelukisnya maupun bagi penonton atau penggemarnya. Pada karya Rastika, penonton bisa belajar nilai ketokohan juga nilai-nilai keberpihakan.
Pada karya lukis kaca Sulasno, bisa belajar tentang kisah-kisah kepahlawanan, mitos dan legenda. Demikian juga pada karya lukis I Ketut Santosa yang merekam segala persoalan sosial seperti terorisme, korupsi dan lain-lain.
0 comments:
Post a Comment